Bantul, Kabar Jogja – Dioperasikan turun-temurun, bengkel khusus perbaikan kereta-kereta Keraton Ngayogyakarta tengah mengalami hambatan tenaga kerja muda atau regenerasi. Karena keahlian diwariskan dari ayah ke anak, peluang orang luar untuk menjadi pekerja sebagai upaya regenerasi selalu gagal.
Berada di Dukuh Sukun, Desa Patalan, Kecamatan Jetis, Bantul bengkel khusus kereta Kraton Ngayogyakarta ini bernama ‘Pandawa Lima’. Nama ini diambil dari lima orang putra generasi ketiga yang memiliki keahlian merenovasi kerusakan kereta kraton.
Dari lima bersaudara, saat ini hanya ada tiga yang bekerja di sini. Pertama adalah putra sulung bernama Paidi (67) yang mendapatkan gelar dari Keraton Ngayogyakarta Wedono Rotopawiro. Kemudian ada adi ketiganya Sumadi dan putra paling bungsu Jiyono.
“Adik kedua (Sugeng) sudah meninggal dan adik keempat (Sugiman) memilih menekuni pekerjaan lain. Tapi saat bengkel ramai, dia akan turut membantu,” kata Paidi saat ditemui di tempat kerjanya awal pekan ini.
Menurut Rotoprawiro, seluruh keahlian membuat atau memperbaiki kereta ini didapatkan dari ayah mereka, Harjowiyono. Semenjak kecil kelima saudara ini sepulang sekolah dididik untuk bekerja memperbaiki kereta.
Rotoprawiro menerangkan sejak jama kakeknya, bengkel ini secara khusus mendapatkan tugas memperbaiki keraton-keraton kencana milik Keraton Ngayogyakarta. Seingatnya, dari 23 kereta milik keraton, hanya tiga kereta yang belum pernah diperbaikinya.
“Ketika ada pengerjaan kereta keraton kami tidak sembarangan mengerjakan. Kami harus melakukan ritual seperti berpuasa agar semua pekerjaan lancar. Waktu perbaikan tergantung dari besar kecilnya kerusakan. Setidaknya kami membutuhkan waktu minimal tiga bulan mengerjakan,” lanjutnya.
Saat ditemui pada Rabu (11/2) lalu, Rotoprawiro bersama dua saudaranya tengah memperbaiki satu kereta penumpang milik pribadi dan membangun dari nol satu kereta pesanan. Di halamannya, terdapat satu kereta yang tengah menunggu waktu untuk dikerjakan.
Bagi Rotoprawiro keahlian memperbaiki kereta khususnya keraton tidak sembarang orang bisa melakukannya. Dirinya pernah mengajak tukang kayu profesional untuk bergabung namun menyerah di tengah jalan.
Bahkan beberapa anak muda pernah mencoba melamar namun juga tidak mampu meneruskan pekerjaannya.
“Ibaratnya kita ini seniman. Bagaimana menjadikan kayu besar menjadi sebuah lengkukan khas sebuah kereta dengan membuang banyak bahan. Ini belum lagi membuat sasis dan hiasan yang harus memande besi. Kalau tidak ada darah keturunan, rasanya tidak akan mampu,” jelasnya.
Bahkan putranya sendiri menurut Rotoprawiro memilih bekerja di bidang lain dengan membuka bengkel kendaraan bermotor.
Secara keseluruhan, pengerjaan perbaikan dan pembuatan kereta harus menggunakan kayu jati tua agar tidak mudah keropos dimakan rayap. Selain kereta keraton, bengkel andong ini juga membuat berbagai macam kereta yang dipesan dari beberapa daerah antara lain, Malang sebanyak tiga kereta, Sumenep, dan Banyumas, dengan rata-rata pengerjaan tiga bulan, seharga hampir Rp100 juta.
Kepala Desa Patalan, Sayudi menyatakan di wilayahnya memang ada beberapa bengkel kereta kuda. Namun dengan keahlian dan dedikasi tinggi dalam merawat warisan budaya, hanya Bengkel Pandawa Lima yang mampu menjaga kelangsungan tradisi dan melestarikan kereta-kereta Kraton.
“Kami menilai ini sebuah potensi wisata yang bisa digarap maksimal untuk menarik wisatawan sejarah. Kami saat ini tengah berupaya mempromosikan keberadaan bengkel-bengkel kereta kuda ini untuk semakin dikenal masyarakat,” ujarnya.
Salah satu yang akan dikerjakan pihak desa adalah dengan membangun akses transportasi yang lebih memadai menuju lokasi bengkel. Saat ini akses ke sana masih melalui gang-gang kecil. (Set)
Baca juga: