-->
  • Jelajahi

    Copyright © KabarJogja.ID - Kabar Terkini Yogyakarta
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Sejak 1983, Mbah Gombloh Tak Berhenti Memproduksi Gamelan

    28/06/24, 20:11 WIB Last Updated 2024-06-28T13:11:19Z

    Bantul, Kabar Jogja - Kawasan Puncak Bibis di Desa Bangujiwo, Kecamatan Kasihan yang beberapa tahun terakhir menjadi destinasi kuliner, ternyata sejak 1983 juga menjadi tempat produksi gamelan yang pemesannya hingga luar Jawa.


    Gito Siswoyo (72) melalui usaha ‘Gombloh Gamelan’ turut menghidupi kawasan Puncak Bibis dengan melestarikan warisan budaya nenek moyang.


    Dikunjungi rombongan wartawan Bantul, Jumat (28/6), Gito terlihat bersama dua anak buahnya tengah menyelesaikan pesanan gamelan. Dirinya menuturkan, tengah mengerjakan pesanan dari grup kesenian Jathilan yang ada di Muara Enim, Banjarmasin.


     “Saya mengenal dan menyenangi gamelan sejak kecil. Awal terjun di usaha pembuatan gamelan pada 1976. Kala itu saya bekerja di perajin gamelan yang ada di Pelem Sewu (Niten, Sewon),” katanya.


    Karena kecintaannya pada gamelan, Gito Siswoyo yang akrab dikenal kalangan seniman dengan Mbah Gombloh Gamelan, mengaku cepat belajar dan dipercaya membuat gamelan sendiri.


    Pada akhirnya, dirinya di 1983 memberanikan diri mendirikan usaha pembuatan gamelan. Sejak hadir 41 tahun lalu, Mbah Gito enggak beristirahat dalam membuat gamelan. Baginya pekerjaan membuat gamelan ini adalah hobi.


    “Saya bertekad sampai akhir hayat nanti tetap memproduksi gamelan. Terlebih sekarang mencari perajin gamelan sangat suka. Biasanya yang bisa produksi hanya mereka yang suka-suka gamelan saja,” tuturnya.


    Dirinya menuturkan, ada tiga jenis material yang dipakai untuk membuat gamelan dan tentunya harga jualnya berbeda. Dari semua jenis material, dalam setahun dirinya yang dibantu 10 pekerja mampu menyelesaikan 70 pemesanan gamelan.


    Untuk satu set gamelan perunggu lengkap, terdiri dari laras (nada) slendro (bas) dan pelog (minor), dibanderol mulai Rp350-700 juta. Gamelan dengan material besi mulai dari Rp35-75 juta, dan bahan kuningan dari Rp175-200 juta.


    “Pembuatan paling lama gamelan berbahan perunggu. Untuk satu set gamelan memakan waktu sebulan, dan untuk menyelaraskan nada harus mendatangkan ahlinya dari Boyolali,” lanjutnya.


    Mbah Gito Gombloh di tengah usainya senjanya, selain bangga karena masih bisa memproduksi gamelan. Kebanggaan itu semakin bertambah, karena anak perempuannya, Sarah Yuliana (19) yang baru diterima di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta bertekad meneruskan usahanya.


    “Saya mengajarkan padanya, usaha gamelan ini bermanfaat bagi banyak orang karena melestarikan budaya adiluhung yang meliputi karawitan, wayangan dan ketoprakan bahkan jatilan,” tutupnya. (Tio)

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    close