Yogyakarta, Kabar Jogja - Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Universitas Gadjah Mada (UGM), Luluk Lusiantoro, menyatakan pemerintah seharusnya memberikan insentif untuk mendorong perubahan perilaku memilah sampah baik di rumah tangga maupun industri.
Gagasan ini ditelurkan Luluk untuk mendukung program ekonomi sirkular yang digaungkan pemerintah sebagai satu solusi mengurai permasalahan sampah.
“Mengubah cara pandang mengelola sampah baik oleh masyarakat sebagai konsumen maupun pelaku bisnis atau perusahaan sebagai produsen sangatlah penting. Sampah tidak lagi sekedar persoalan dalam pengelolaan, namun sistem secara keseluruhan,” jelas ahli ekonomi sirkular ini pada Jumat (22/3).
Dipaparkan ekonomi sirkular mengandung arti sampah yang dihasilkan dari konsumsi kembali lagi ke produksi sehingga tidak ada sampah yang dihasilkan. Ekonomi sirkular bisa dimulai dengan memilah sampah 3R (reduce, reuse, recycle) dari sumbernya baik sampah yang dihasilkan dalam level rumah tangga, maupun fasilitas publik.
“Kalau mau dikelola dengan baik, harus memilah sampah dari sumbernya, itu basic-nya. Sayangnya, perilaku memilah sampah belum banyak dilakukan secara sadar oleh produsen sampah,” lanjutnya.
Melihat kondisi, Luluk menyatakan hal itu terjadi karena tidak adanya sistem insentif bagi pelaku yang berhasil memilah sampah. Pemilahan sampah hanya diserahkan pada rekanan pengolahan sampah.
Dijelaskan dengan pemberian insentif, produsen sampah akan bersedia memilah sampah yang memiliki nilai jual. Sehingga dana insentif yang diberikan bisa untuk memotong pembayaran iuran sampah, sedangkan yang tidak mau memilah sampah maka pembayaran iuran sampahnya otomatis akan lebih mahal.
Sementara Pemkab Bantul dalam penanganan sampah menyatakan keseriusannya dengan menargetkan membangun empat tempat pengelolaan sampah terpadu (TPST) di empat kecamatan berbeda.
Setelah meresmikan TPST Pasar Niten, Bantul berencana membangun TPST Modalan dengan kapasitas 40 ton dan Dingkikan, Sedayu dengan kemampuan mengolah sampah 40 ton setiap harinya.
“Terbaru kita telah telah memulai proses pembangunan TPST Bawuran, Pleret diproyeksikan mampu menerima 70 ton sampah per hari, dan dapat mengolah sampah hingga 50 ton setiap harinya,’ kata Bupati Abdul Halim Muslih.
Pengoperasian empat TPST besar di Bantul ini sebagai komitmen pemerintahan Bupati Halim mewujudkan Bantul Bersih Sampah pada 2025. (Tio)