Bantul, Kabar Jogja – Berawal dari idealisme Kepala Desa Sriharjo, Imogiri Titik Istiyawatun Khasanah. Proyek ketahanan pangan di Desa Sriharjo dimulai dengan menghadirkan panganan alternatif yang sehat berbahan baku singkong.
Srimi, merek olahan mie instan ini dihadirkan dari tiga bahan dari singkong yang berbeda yaitu mocaf, tapioka dan terigu. Diluncurkan pada akhir 2023, produk Srimi masih dipasarkan secara online dan diupayakan menyentuh pasar lokal yaitu masyarakat Desa Sriharjo sendiri.
“Nama Srimi kependekan dari Sriharjo Mie. Melalui produk ini saya ingin mengimplementasikan konsep ketahanan pangan yang sehat dan beragam. Tidak hanya sekedar wacana saja,” kata Titik saat ditemui di rumah produksi Srimi di Dusun Mojohuro.
Dengan dukungan Dana Istimewa (Danais) Yogyakarta, proyek ini dimulai dengan memberikan pelatihan kepada ibu-ibu yang sebelumnya tergabung di PKK, Desa Prima dan Desa Preneur pada Juli 2023.
Seusai pelatihan ini, ibu-ibu ini lantas berkesempatan magang di salah satu perusahaan pembuat mie instan. Di akhir tahun lalu, seiring dengan selesainya pembangunan rumah produksi, produk Srimi kemudian dihadirkan.
“Ada lima tenaga produksi yang setiap hari bekerja untuk memenuhi pesanan dari pembeli online. Meski produknya terbatas, namun kami bangga produk mendapatkan pasar,” lanjut Titik.
Diterangkan, dari olahan singkong produk utama Srimi dibagi dalam tiga kategori yaitu Srimi berbahan tapioka bebas gulten yang dikemas dalam plastic dengan harga Rp8000, kemudian Srimi berbahan mocaf yang rendah gluten dan dikemas dalam cup seharga Rp7000.
Terakhir adalah produk Srimie tanpa bumbu namun memiliki aneka rasa seperti ayam bawang dan bakso dengan harga jual Rp6000.
“Kami juga menghadirkan produk lain seperti kue-kue dari tepung singkong. Saat ini semua produk bisa didapatkan di pusat oleh-oleh yang terletak di barat kantor desa Sriharjo,” ucapnya.
Titik menyatakan pihaknya mengakui kedepan masih akan menghadapi tantangan tidak mudah. Seperti pengurusan perijinan usaha, pengujian produk oleh BPOM dan sertifikasi halal.
Selain itu, Titik dan jajarnya kedepan akan berusaha menghadirkan produk Srimi yang harganya terjangkau oleh masyarakat Desa Sriharjo agar semakin besar dikonsumsi. Jika produk ini nantinya jadi, maka program “Jumat Mbrakah’ yang sempat terhenti akibat pandemi Covid akan dihidupkan kembali.
“Jumat Mbrakah adalah program desa yang berfokus memberikan berbagai pangan alternatif bagi warga desa yang kurang mampu. Kami juga memimpikan produk Srimi nanti akan menjadi bahan utama saat menyumbang di acara kematian warga,” tegas Titik.
Dirinya sadar saat ini harga yang dibandrol untuk produk Srimi lebih mahal dibandingkan dengan mie instan yang ada di pasaran. Namun mengingat manfaat bagi kesehatan, Titik meyakini produknya akan mendapatkan lebih banyak peminat.
“Pasar dari kelas menengah masih menjadi bidikan kita. Saat ini kita ingin memperluas pasar secara online dengan menyiapkan lokapasar Srirejeki.com yang tengah memasuki tahap akhir,” tutupnya. (Tio)