Yogyakarta, Kabar Jogja – Ketua Komisi A DPRD Daerah Istimewa Yogyakarta, Eko Suwanto, menegaskan kepemimpinan masa Indonesia haruslah lebih mendahulukan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi dan keluarga.
Menurut Eko, perundingan Linggarjati punya nilai sejarah penting guna memahami perjuangan tokoh bangsa Indonesia.
“Gedung perundingan Linggarjati di Kuningan, Jawa Barat menjadi saksi sejarah bagaimana sikap kepemimpinan bangsa yang memiliki tata krama dan sikap etis dalam bekerja,” kata Eko, dilansir Sabtu (27/1).
Bagaimana Soekarno dan tokoh bangsa Indonesia yang lain berdiplomasi, guna pengakuan kedaulatan NKRI mengedepankan tata krama, unggah ungguh, sikap tidak meremehkan dan melecehkan saat bernegosiasi dengan Belanda untuk pengakuan kemerdekaan.
Di sela kunjungan napak tilas perjuangan tokoh bangsa bersama wartawan pada Jumat (26/1), Eko menegaskan keberadaan museum perjuangan kebangsaan, kemerdekaan Indonesia di Linggarjati penting bagi pembelajaran sejarah kebangsaan NKRI.
Baginya, betapa hebat peran para tokoh, sikap mereka bernegosiasi termasuk Maria Ulfah, Menteri Sosial Pertama RI yang menampilkan wajah lebih dahulu demi kepentingan bangsa jauh dari kepentingan pribadinya.
“Perundingan Linggarjati memiliki makna khusus dalam kepemimpinan. Pemimpin bangsa saat itu dan delegasi menampilkan wajah kepemimpinan yang lebih mendahulukan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi dan keluarga,” tegasnya.
Model kepemimpinan Soekarno dan Hatta penting jadi teladan bagi generasi masa kini. Dimana menjadi pemimpin memiliki beberapa syarat kompetensi diantaranya harus mempunyai karakter kuat, jujur, dipercaya dan cakap dalam berkomunikasi.
Dijabarkannya, para pendiri bangsa memiliki karakter kuat, jujur, berani, dipercaya dan memiliki kemampuan komunikasi yang hebat. Kehebatan komunikasi ini tampak baik dalam perundingan maupun dalam dialog informal.
Delegasi Indonesia juga santun, serta menghargai dan menjunjung tinggi tata krama, unggah ungguh sehingga menguatkan karakter kepemimpinan yang dimiliki.
“Tidak seperti yang kita lihat dalam debat cawapres terakhir dimana ada anak muda yang sepertinya kurang memperhatikan tata krama, memperlakukan kandidat yang lebih tua dengan kurang hormat", ujar Eko Suwanto.
Berpijak dari keberadaan dan terawatnya bangunan bersejarah di Kuningan, Jawa Barat. Eko mengatakan Pemda DIY seharusnya bisa mengikuti dan melakukan kajian serius guna membangun destinasi wisata sejarah.
Maka Komisi A DPRD mendorong Pemda DIY mewujudkan museum wisata sejarah tokoh bangsa yang berjuang di masa kemerdekaan melalui penggunaan Danais.
Anggota Komisi A DPRD DIY dari PKB, Sudaryanto menyebutkan lewat kunjungan napak tilas menjadi momentum mengkhidmati lagi perjalanan sejarah tokoh bangsa agar paham sejarah panjang NKRI.
"Napak tilas sejarah penting terangkum menjaga buku, agar bisa dibaca lebih banyak orang dan generasi mendatang dapat belajar sejarah tokoh bangsa, dalam upaya berjuang pertahankan kemerdekaan," katanya. (Tio)