Yogyakarta, Kabar Jogja – Kantor perwakilan Bank Indonesia Yogyakarta merilis naiknya nilai inflasi per November kemarin. Inflasi DIY pada November lebih tinggi dibanding akhir Oktober.
Disampaikan Plh. Kepala Perwakilan BI Yogyakarta, Cicilia Melly, inflasi DIY pada November tercatat dalam kisaran sasaran 3,0±1 persen. Angka ini naik sebesar 0,35 persen, lebih tinggi dari inflasi Oktober 0,25 persen.
“Meski relatif meningkat dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Secara kumulatif Januari hingga November, inflasi DIY tercatat sebesar 2,80 persen dan masih berada dalam rentang target sasaran inflasi nasional,” terangnya dalam rilis yang dilansir Sabtu (2/12).
Tekanan inflasi terutama disumbang komoditas pangan cabai rawit, cabai merah, telur ayam ras, dan bawang merah. Kekeringan yang terjadi di Kulonprogo dan Sleman, memicu berkurangnya produksi cabai karena banyak petani mengalami gagal panen.
Selain itu, sentra-sentra cabai di luar Yogyakarta seperti Jateng, Jatim, Jabar juga mengalami hal serupa. Kondisi ini menyebabkan harga komoditas tersebut meningkat di pasar.
“Selain cabai, dampak kekeringan yang terjadi juga mempengaruhi pasokan bawang merah, sehingga berdampak pada kenaikan harga. Sementara itu, kenaikan harga telur ayam ras disebabkan oleh meningkatnya harga pakan (jagung/bekatul) akibat minimnya pasokan sehingga mendorong biaya produksi,” paparnya.
Bank Indonesia memperkirakan inflasi DIY akan terus berada pada kisaran targetnya. Kondisi tersebut didukung oleh upaya TPID DIY dalam ketersediaan pasokan dan kestabilan harga melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP), seperti operasi pasar dan pasar murah yang telah dilakukan sebanyak 435 kali, serta implementasi
“BI memproyeksikan pertumbuhan ekonomi DIy pada akhir 2023 akan tetap resilien pada rentang 4,6-5,4 persen. Ini didukung permintaan domestik yang masih terjaga. Sementara dari sisi inflasi, hingga akhir 2023, diperkirakan DIY akan tetap berada dalam sasaran target inflasi BI yaitu 2.00 - 4.00 persen,” jelas Cicilia.
Melihat potensi dan resiko ekonomi yang dihadapi DIY kedepan, BI meyakini pada 2023 ekonominya akan tumbuh pada kisaran 4,8-5,6 persen. BI optimis melalui sinergi dan kebijakan yang mendorong stabilitas inflasi, maka sasaran target inflasi akan dicapai. (Tio)