Bantul, Kabar Jogja - Bersama dengan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Fatayat Nahdatul Ulama (NU) Daerah Istimewa Yogyakarta bakal membumikan nilai-nilai Pancasila lewat program kerjanya lima tahun ke depan.
Hal ini disampaikan Ketua Fatayat NU DIY Maryam Fihtriati saat Sosialisasi Pembinaan Ideologi Pancasila untuk Perempuan Penggerak Masyarakat yang berlangsung 10-11 September di Bantul dengan tema 'Memperkuat Khidmah dan Sinergi Akar Rumput'.
"Sosialisasi ini merupakan rangkaian acara rapat kerja yang akan menentukan kegiatan Fatayat NU D.I Yogyakarta untuk 5 tahun kedepan yakni hinggal 2027" kata Maryam.
Secara keseluruhan, lewat berbagai program peningkatan peran perempuan, Fatayat berperan dalam internalisasi ideologi Pancasila.
"Kami berharap, Pancasila bukan hanya jargon dan bukan hanya tulisan pada buku anak-anak, tapi juga internalisasi kehidupan perempuan dan anak. Karena perempuan menjadi tonggak pembangunan,” jelasnya.
Maryam menyampaikan Fatayat dalam empat tahun kedepan akan membentuk 100 persen ranting di setiap desa.
Fatayat NU juga akan menjadi duta Pancasila dengan mengajak seluruh struktur nasional hingga tingkat desa. Maka Pancasila sebagai laku dan nilai sehari-hari bisa direalisasikan dengan mudah.
Tidak hanya itu, melalui Balai Latihan Kerja (BLK) yang konsen pada fashion diharapkan bisa membahas beberapa isu yakni ekonomi dan pemberdayaan perempuan.
Deputi Bidang Hubungan Antar Lembaga, Sosialisasi, Komunikasi dan Jaringan BPIP Prakoso berharap Fatayat NU bisa menjadi mitra BPIP dalam pembumian Pancasila.
Baginya perempuan memiliki peran penting di semua level baik mikro, meso maupun makro.
Sinergi dan kepemilikan bersama asas Pancasila akan memperkaya wacana dalam pembumian Ideologi Pancasila kepada masyarakat, khususnya kaum Nahdliyin. Kerjasama ini ingin menampilkan praktik baik bagaimana Ideologi Pancasila diaktualisasikan oleh berbagai aktor masyarakat.
"Sehingga, Pancasila bukan ideologi yang mandeg. Ideologi Pancasila juga relevan dalam penguatan Indonesia ini atau “living ideologi” hingga masa yang akan datang. Pancasila juga menjadi pemersatu, bintang penuntun kemana bangsa ini akan dibentuk menjadi adil dan Makmur,” jelasnya.
Prakoso menyampaikan peran perempuan sangat penting, bisa dilihat dari perannya sebagai ibu dimana dia adalah sekolah pertama, dimana mendidik anak dari kandungan sampai nanti.
Pada level meso, perempuan memiliki peran sosial, bukan hanya sebagai individu, perempuan juga terlibat dalam perubahan sosial. Peran penting perempuan juga sebagai manajer sosial antara keluarga dengan masyarakat di sekitarnya dan bangsa ini, yang pada akhirnya perempuan berperan sebagai penghubung budaya.
Pada level makro, banyak keterlibatan perempuan dalam dunia politik.
“Ruang-ruang perempuan semakin meluas dibuktikan dengan adanya presiden ke-5 perempuan yakni Megawati Sukarno Putri, dan masih banyak lagi peran perempuan-perempuan dalam pembangunan,” imbuhnya.
Menurutnya, Kerjasama BPIP kali ini dengan Fatayat NU DIY sebagai ormas perempuan yang memiliki jaringan hingga akar rumput merupakan Langkah strategis dalam pembumian Pancasila.
Wakil Ketua PWNU Kiai Mashuri berharap dalam melaksanakan program-program di 5 tahun kedepan, Fatayat NU pada kepengurusan ini harus berbeda, periode hari ini harus lebih baik, lebih hebat dan lebih maju dari kepengurusan sebelumnya.
“Kita akan memasuki 1 abad nahdlatul ulama. Ketika 100 tahun ada sebuah teori yang merumuskan bahwa organisasi akan menjadi hebat atau tenggelam, maju atau terpuruk dilihat dari siklus 100 tahun,” jelasnya. (Tio)