Bantul, Kabar Jogja – Ditengah peresmian program unggulan keterampilan pembuatan tusuk sate di SLB Bina Siwi, Kecamatan Pajangan, Bupati Bantul Abdul Halim Muslih menyumbang Rp10 juta. Dirinya menjanjikan akan melobi pedagang sate di sentra kuliner Jejeran untuk menjadi pembeli.
Dalam sambutannya, Halim memuji keberanian atas inovasi para guru SLB Bina Siwi yang menghadirkan program unggulan yang berbasis potensi lingkungan sekolah dan dukungan masyarakat serta orang tua.
“Pengajaran pembuatan tusuk sate bagi siswa berkebutuhan khusus adalah terobosan besar. Saat ini tusuk sate tidak hanya digunakan oleh pedagang sate, namun pedagang lainnya seperti cilok, batagor dan lainnya juga menggunakannya,” jelasnya, Senin (15/8).
SLB Bina Siwi sebagai satu-satunya sekolah khusus di Kecamatan Pajangan, diharapkan Bupati memiliki keterampilan lain yang memiliki nilai ekonomi untuk bisa diajarkan. Pasalnya ketrampilan-ketrampilan akan menjadi modal penting bagi siswa dalam membangun kemandirian ekonomi.
Dirinya berjanji, akan melakukan lobi-lobi dengan pedagang sate di Jejeran, Desa Wonokromo, Kecamatan Plered yang selama ini dikenal sebagai pusat kuliner sate. Para pedagang, nanti akan diminta untuk memprioritaskan pembelian tusuk sate karya SLB Bina Siwi.
Sebagai dukungan langsung, Bupati Halim menyumbang Rp10 juta untuk penambahan peralatan pembuatan tusuk sate. Baginya, bantuan ini harus cepat diberikan agar proses penyedian sarana prasarana pendukung bisa segera disediakan dibandingkan menunggu anggaran APBD.
“Kita akan pantau terus nantinya berapa tingkat produksinya per hari. Pemkab akan mendukung penuh, karena ini bisa menjadi contoh bagi SLB-SLB yang lain di Bantul,” ujarnya.
Peluncuran yang mengambil tema ‘Menembus Keterbatasan Dalam Capaian Kemandirian’, oleh Kepala SLB Bina Siwi Mugiyanti merupakan perwujudan program berbasis kurikulum ‘Komunitas dan Keluarga’.
Disusun sejak enam bulan lalu, program ini dipilih karena memberikan keterampilan yang sesuai dengan kemampuan siswa juga adanya ketersediaan bahan baku di lingkungan sekolah yang melimpah serta keberadaan pengepul tusuk sate juga memberi peluang pasar produk.
“Kami memberikan berbagai keterampilan kepada 68 anak didik untuk melatih gerak motorik mereka. Mulai dari pembuatan keset dari kain perca, menjahit, tata boga, hingga kerajinan blankon,” jelas Yanti.
Khusus untuk program unggulan ketrampilan pembuatan tusuk sate, Yanti menyebut awalnya program ini dirinti secara manual dengan melibatkan siswa kelas XII SMP hingga SMA. Perlahan-lahan dengan dukungan dari orang tua, SLB Bina Siwi mampu menyediakan enam mesin produksi tusuk sate.
“Kami inginkan anak-anak lewat ketrampilan ini tidak hanya sekedar terampil. Tetapi mereka memiliki nilai jual sehingga bisa mendiri. Tidak tergantung dari orang lain, termasuk dalam pekerjaan. Ini menjadi modal mereka berwiraswasta,” harap Yanti.
Yanti juga melihat kehadiran keterampilan unggulan ini nantinya tidak hanya diperuntukkan untuk siswa yang aktif. Namun para alumni yang saat ini masih di rumah akan diajak ikut serta untuk membuat kelompok kerja.
Kepala Bidang Pendidikan Khusus Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikpora) DIY, Basuki, mengatakan keberanian menghadirkan program unggulan oleh SLB Bina Siwi wajib diapresiasi. Terlebih program ini sesuai dengan kurikulum bagi siswa berkebutuhan khusus yang berbasis ‘Komunitas dan Keluarga’.
“Sebagai dukungan kegiatan vokasi siswa-siswa berkebutuhan khusus, tahun depan Disdikpora telah menganggarkan beasiswa bagi kelompok kerja di SLB-SLB dengan nilai masing-masing anak Rp5 juta sebagai modal usaha,” jelasnya. (Tio)