Yogyakarta, Kabar Jogja - Mohammad Natsir pernah menyelamatkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dalam upaya perpecahan. Untuk itu, masyarakat perlu meneladani dan mengenang sosok kenegarawannya.
Aanggota MPR RI dari DIY Cholid Mahmud mengatakan, tepatnya 3 April 1950, Mohammad Natsir, yang saat itu menjadi ketua Fraksi Partai Masyumi mengajukan 'Mosi Integral' di Parlemen RIS (Republik Indonesia Serikat).
Mosi Integral Natsir itu merupakan tonggak sejarah penting dan menentukan dalam sejarah kehidupan bangsa.
Mosi Integral itu menyatukan dan menyelamatkan Indonesia dari upaya perpecahan. Mosi itu juga merupakan bukti komitmen tokoh-tokoh Islam terhadap NKRI. Bung Hatta menyebut peringatan Proklamasi 17 Agustus 1950 untuk kembali kepada NKRI merupakan Proklamasi Kedua.
“NKRI yang diproklamir Soekarna-Hatta, 17 Agustus 1945 faktanya pernah hampir bubar menjadi RIS. Atas peran kepeloporan M. Natsir dari Partai Masyumi, dengan gerakan Mosi Integaral-nya di Parlemen, Indonesia kembali berbentuk NKRI," katanya dalam acara sosialisasi Empat Pilar MPR di Kantor DPD RI DIY pada Minggu (11/4).
Dalam acara bertema 'Sejarah NKRI : Mosi Integral M. Natsir' ini, anggota Komite IV DPD RI mengatakan masyarakat perlu diingatkan bahwa tanpa karunia Allah dan kenegarawanan M. Matsir dengan Mosi Integralnya itu, mungkin RIS akan berlanjut.
"Kita tidak mengenal lagi NKRI yang sudah dikubur oleh kolonialis Belanda melalui Konferensi Meja Bundar (KMB) 27 Desember 1949," katanya.
Menurut Cholid Mahmud, itulah pentingnya memahami dan mengingat peristiwa Mosi Integral Natsir, pada 3 April 1950. Pemerintah RI pun telah mengakui jasa besar Mohammad Natsir untuk bangsa Indonesia. Pada tahun 2008, Mohammad Natsir mendapat penghargaan sebagai Pahlawan Nasional. Salah satu jasa besarnya adalah mengembalikan bentuk negara ke NKRI.
Narasumber lainnya, mantan anggota MPR RI di masa awal Reformasi, Zulkifli Halim mengatakan, sudah semestinya para politisi dan pemimpin negara ini menyontoh sosok M. Natsir. Tokoh ini selalu memikirkan permasalahan bangsanya lalu berfikir visioner ke depan mempelopori menghadirkan solusi atas permasalahan tersebut.
Anggota KAHMI ini mengatakan, Mosi Integral M. Natsir pada 3 April 1950 adalah langkah cerdas yang merupakan tonggak yang sangat strategis dalam sejarah kehidupan berbangsa dan bernegara.
"Atas kearifan M. Natsir dalam berdialog lintas partai, lintas agama, dan lintas elemen bangsa, berhasil menyelamatkan dan menyatukan kembali NKRI dari upaya devide et impera Pemerintah Belanda," ucapnya.
Bang Zul, sapaan akrabnya, menyayangkan literatur tertulis yang mendokumentasikan sejarah NKRI dan Mosi Integral M. Natsir ini sangat kurang. "Ada satu buku 'Mosi Integral Natsir 1950', karya Ahmad Murjoko (Bandung: PersispRes, 2020), tetapi di toko-toko buku di Kota besar pun belum tersedia," kata dia.
Bang Zul berkata, sejarah NKRI dan Mosi Integral M. Natsir ini perlu disosialisasikan melalui berbagai media, termasuk mungkin melalui kegiatan lomba menulis Sejarah NKRI.
"Hal ini juga diharapkan akan dapat mengintegrasikan tumbuhkembangnya jiwa keislaman dan keindonesiaan seperti yang dicontohkan oleh tokoh M. Natsir, terutama di kalangan generasi muda kita,” ucapnya.(dho)