Yogyakarta, Kabar Jogja - Badan Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) melaporkan adanya dua kali kejadian guguran awan panas Gunung Merapi pada Kamis (7/1). Yakni pada pukul 12.50 WIB dan pukul 08.02 WIB.
Guguran awan panas pada pukul 12.50 WIB tercatat di
seismogram dengan amplitudo 21 mm dan durasi 139 detik. Tinggi kolom teramati
200 meter di atas puncak, dengan jarak luncur sekitar 300 meter ke arah hulu
Kali Krasak.
Sedangkan guguran awan panas pukul 08.02 WIB tercatat di
seismograf dengan amplitudo maksimal 28 milimeter dan durasi 154 detik.
Kepala BPPTKG, Hanik Humaida, awan panas tersebut meluncur
dan mengarah ke hulu Kali Krasak. Cuaca dilaporkan berawan di sekitar Gunung
Merapi saat terjadi guguran awan panas. "Arahnya ke Kali Krasak dengan
tinggi kolom abu 200 meter," katanya, Kamis (7/1).
Menurut Hanik, jarak guguran dari awan panas yang pertama
tersebut tidak teramati secara visual dikarenakan tertutup kabut, akan tetapi
apabila melihat dari rekaman amplitudo dan data rekaman seismiknya diperkirakan
tidak lebih dari 1 kilometer.
"Jaraknya ini tidak teramati (secara visual) karena
tertutup kabut. Kelihatan di pucuknya saja. Kalau melihat durasinya ini
jaraknya pendek," kata Hanik menanggapi terkait guguran awan panas pukul
08.02 WIB.
"Kurang dari satu kilometer. Karena dari seismiknya kan
cuma 154 detik dan amplitudonya 28 milimeter, jadi ini kecil. Awan panas kecil
yang terjadi," imbuhnya.
Hanik juga menjelaskan bahwa fenomena yang terjadi tersebut
merupakan guguran dan bukan letusan. "Betul. Awan panas guguran (bukan
letusan)," jelas Hanik.
Selanjutnya, Hanik juga mengatakan bahwa guguran awan panas
tersebut diperkirakan adalah berasal dari gundukan yang terbentuk pada periode
sebelumnya, yakni sejak Kamis (31/12) lalu dari lava 1997, yang kemudian
meluncur ke arah barat daya menuju Kali Krasak.
"Kan kemarin terjadi adanya gundukan kecil.
Diperkirakan itu yang (kemudian) terjadi awan panas," ungkap Hanik.
Status Gunung Merapi Masih Siaga
Menyinggung mengenai penetapan status Gunung Merapi dengan
melihat adanya kejadian guguran awan panas tersebut, Hanik menuturkan bahwa
hingga saat ini pihaknya belum menaikkan status dan masih bertahan pada Level
III atau 'Siaga'. "Status masih sama (Siaga)," ujar Hanik.
Adapun menurut Hanik, penetapan kenaikan status Gunungapi
itu didasarkan pada penilaian ancaman terhadap penduduk.
Sejauh ini, BPPTKG telah memberikan rekomendasi kepada
seluruh lapisan masyarakat dan pemangku kebijakan daerah dalam Kawasan Rawan
Bencana (KRB) III dengan radius 5 kilometer.
Dalam hal ini, Hanik menilai bahwa rekomendasi assesmen
tersebut sudah dapat dilaksanakan dengan baik oleh masyarakat dan pemerintah
daerah, sehingga risiko ancaman bencana dapat dikurangi dan masih dalam
kategori aman.
"Sekali lagi saya ingatkan. Status aktivitas Gunungapi
itu dasarnya adalah penilaian terhadap ancaman penduduk. Ini kan kita sudah
memberikan rekomendasi assesment bahayanya potensi saat ini kan sejauh 5
kilometer. Itu masih aman. Sampai saat ini potensi bahaya belum lebih dari 5
kilometer," jelas Hanik.
Dari kejadian guguran awan panas tersebut, Hanik juga
menyebutkan bahwa belum ada laporan mengenai adanya hujan abu vulkanik.
"Belum ada. Karena ini masih kecil. Sampai sekarang
kami belum mendapat laporan mengenai hujan abu," jelas Hanik.
Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, terkait dengan
kejadian ini, BPPTKG belum merevisi rekomendasi aktivitas Gunung Merapi dimana
daerah potensi bahaya masih dalam jarak maksimal 5 kilometer dari puncak Gunung
Merapi.
Adapun prakiraan daerah bahaya tersebut meliputi Desa
Glagaharjo (Dusun Kalitengah Lor); Desa Kepuharjo (Dusun Kaliadem); Desa
Umbulharjo (Dusun Palemsari) di Kecamatan Cangkringan, Sleman, DI Yogyakarta.
Kemudian Desa Ngargomulyo (Dusun Batur Ngisor, Gemer,
Ngandong, Karanganyar); Desa Krinjing (Dusun Trayem, Pugeran, Trono); Desa
Paten (Babadan 1, Babadan 2) di Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Jawa
Tengah.
Selanjutnya Desa Tlogolele (Dusun Stabelan, Takeran,
Belang); Desa Klakah (Dusun Sumber, Bakalan, Bangunsari, Klakah Nduwur); Desa
Jrakah (Dusun Jarak, Sepi) di Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.
Berikutnya Desa Tegal Mulyo (Dusun Pajekan, Canguk, Sumur);
Desa Sidorejo (Dusun Petung, Kembangan, Deles); Desa Balerante (Dusun
Sambungrejo, Ngipiksari, Gondang) di Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten Jawa
Tengah.(dho)