Kabar Jogja - Banyak cara untuk membantu anak-anak dalam meningkatkan kinerja daya ingatnya. Daya ingat anak kuat lebih cepat belajar, karena ketika melatihnya sekaligus juga melatih konsentrasi, pemahaman, meningkatkan kepercayaan diri, sehingga memiliki keterampilan untuk kesuksesan sosial serta akademisnya.
Dikutip dari parentingscience.com, ada beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam membantu mengembangkan keterampilan kinerja daya ingatnya.
Pertama harus memahami apa saja faktor lingkungan yang mengalihkan kemampuan
anak untuk berkonsentrasi.
Kedua, membantu anak-anak mengatasi kekhawatiran, ancaman,
dan suasana hati yang buruk. Kemudian memungkinkan waktu istirahat anak-anak,
termasuk berolahraga dan bermain di luar ruangan. Selanjutnya, mendorong mereka
untuk memiliki waktu tidur yang cukup.
Selanjutnya, mengajari anak-anak strategi efektif untuk mengingat
fakta dan tetap fokus. Para orang tua juga harus responsif ketika anak-anak
menunjukkan tanda-tanda depresi; dan memicu rasa ingin tahu anak-anak, dan
mendukung upaya mereka untuk mempelajari hal-hal baru.
Ada beberapa kiat dalam meningkatkan kinerja daya ingat
anak. Berikut adalah penjelasannya.
- Anak-anak (terutama anak kecil) memiliki kapasitas memori
kerja yang lebih kecil daripada orang dewasa. Jadi konsentrasi mereka lebih
mudah teralihkan.
Anak yang gagal dalam berkonsentrasi dalam menjalankan suatu
tugas bukan berarti tidak patuh atau tidak hormat. Selain itu tidak berarti
juga anak tersebut tidak cerdas. Sebagai orang tua, harus benar-benar memajami
apa itu kinerja daya ingat dan bagaimana fungsinya.
- Memahami gangguan konsentrasi pada anak di lingkungan
sekitarnya.
Selalu ada hal-hal yang terjadi di lingkungan sekitar kita. Sebagai
contoh adanya bau yang tak sedap atau memperhatikan tingkah laku orang lain
yang ada di dekat kita.
Otak anak belum mengembangkan keterampilan perhatian. Lebih
sulit bagi mereka dibandingkan orang dewasa untuk menyaring hal-hal yang tidak
relevan, dan fokus.
Jadi kita perlu peka terhadap semua gangguan yang dihadapi
anak-anak. Kita perlu meminimalkan gangguan ini, dan memberikan kelonggaran
ketika anak-anak merasa lelah, tidak nyaman, atau sakit.
- Mengatasi kekhawatiran
Saat khawatir, kita menggunakan memori kerja yang berharga.
Seolah-olah informasi yang berkaitan dengan kekhawatiran itu merayap ke ruang
kerja daya ingat kita yang terbatas, menyisakan sedikit ruang bagi kita untuk
memikirkan hal-hal lain.
Efeknya lebih terasa jika Anda sangat rentan terhadap rasa
khawatir, atau menderita kondisi kecemasan (Sari 2017; Stout dkk 2015; Vytal
dkk 2016), dan bahkan anak kecil pun tidak kebal.
Gejala kecemasan telah dikaitkan dengan kinerja daya ingat
yang lebih buruk pada anak-anak prasekolah (Visu-Petra et al 2014).
Selain itu, individu yang sedang memiliki kecemasan memengaruhi
kinerja daya ingat mereka untuk tugas-tugas tertentu, seperti memecahkan
masalah matematika (Shi dan Liu 2016). Faktanya, kinerja daya ingat yang buruk
itu sendiri dapat menjadi pemicu kekhawatiran, menciptakan efek bola salju
(Tresize dan Reeve 2016).
Pengasuhan yang hangat dan responsif selalu membantu, begitu
pula "pelatihan emosi" - mengajari anak-anak tentang emosi mereka
melalui percakapan sensitif dan sesi pemecahan masalah.
Tetapi penting untuk disadari bahwa beberapa anak akan
membutuhkan lebih banyak dukungan daripada yang lain. Dan kita harus
berhati-hati terhadap kesalahan umum yang dilakukan orang tua.
Ketika kita meremehkan atau mengkritik kecemasan anak-anak,
anak-anak mendapat pesan bahwa kita tidak mendukung. Ketika kita terlalu
protektif, anak-anak mendapat pesan bahwa kecemasan mereka benar.
Sementara, dikutip dari dancow.co.id menurut Carolyn Hoyt dalam Developing Your
Child’s Memory, dalam meningkatkan kinerja daya ingat anak yakni pengulangan
mengungatkan informasi yang didapatkannya dari pengalaman pertamanya.
Beberapa teknik yang dapat dicoba seperti menciptakan suatu
kegiatan atau permainan di tempat yang tenang. Sehingga perhatian anak tidak
mudah teralihkan.
Selain itu bisa juga dengan mengatur waktu kegiatan anak. Misalnya,
minta anak menyelesaikan tugas seperti mewarnai
atau menyusun puzzle dalam kurun waktu tertentu. Apabila ‘timer’ berbunyi, maka
anak diperbolehkan melakukan aktivitas yang lain.
Jika anak sudah merasa tertekan atau bosan dengan stimulasi
yang berlebihan, maka orangtua dapat memberikan anak kesempatan untuk
beristirahat dan membiarkannya melakukan aktivitas apa pun yang diinginkannya
dengan pengawasan.(*)