Yogyakarta, Kabar Jogja - Tokopedia bersama Coca-Cola
Foundation Indonesia (CCFI) serta Asosiasi Pendamping Perempuan Usaha
Kecil-Mikro (ASPPUK), menghadirkan program pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan
Menangah (UMKM) lokal khususnya UMKM perempuan dan difabel. Program ini
diharapkan bisa mendorong kaum perempuan dan difabel pelaku UMKM semakin maju
dan berkembang.
Direktur Public Affairs, Communications & Sustainability
PT Coca-Cola Indonesia, Triyono Prijosoesilo, menyatakan melalui CCFI, yayasan
yang berdiri 8 Agustus 2000, pihaknya berkomitmen mendorong para pelaku UMKM
khususnya perempuan dan difabel tumbuh, maju dan berkembang.
“Kami mendorong kerja sama dan bermitra. Kami tidak bisa
melakukan sendiri, perlu partner,” ungkap Triyono pada acara Virtual Press
Conference: Perempuan Wirausaha Tangguh dan Kreatif, Selasa (8/9).
VP of Corporate Communications Tokopedia, Nuraini Razak
mengatakan, Tokpedia sudah sekitar sebelas tahun berdiri dan menjadi rumah
hampir 9 juta pelaku usaha. Pada masa pandemi Covid-19 para pelaku usaha yang
bergabung bertambah jumlahnya hampir mencapai 2 juta. “Kami ingin terus
kolaborasi dengan berbagai mitra untuk mempermudah kehidupan masyarakat,”
katanya.
Nuraini mengatakan, hampir 89 persen kecamatan di seluruh
Indonesia sudah tersentuh Tokopedia. Terdapat tidak kurang 100 juta pengguna
aktif setiap bulannya, bahkan satu dari tiga penduduk Indonesia memiliki akses
ke aplikasi tersebut. Ia menyambut baik kolaborasi dengan CCFI maupun ASPPUK
mengingat sukses tidak mungkin diraih sendirian. “Harapannya di tengah pandemi UMKM
dapat lebih mandiri,” katanya.
Nuraini berkata, sebelum pandemi Covid-19 mungkin belum
banyak kenal marketing secara online. Pegiat UMKM diyakininya memiliki survival
skil yang luar biasa. “Melalui online bisa lebih mudah dan beradaptasi cepat,
tidak hanya bertahan di pandemi tapi lebih baik juga usahanya,” ucapnya.
Sementara, Deputy Director Asosiasi Perempuan Pengusaha
Usaha Kecil (ASPPUK), Mohammad Firdaus mengatakan, program ini sangat diidamkan
bagi perempuan penguasa mikro. “Ini yang diidamkan pengusaha mikro. Program ini
seperti memberi berkah ibu-ibu pengusaha mikro masuk pemasaran online. Aapalagi
masa pandemi ini,” katanya.
Firdaus berharap kerja sama ini bisa membuka inspirasi,
semangat dan peta cakrawala kaum ibu. Menurutnya, berjualan online tidak sulit
asalkan mau berusaha. “Teman-teman difabel ternyata juga bisa. Ini seperti
membuka kotak pandora,” katanya.
Program pendampingan yang dimulai sejak 2019 itu baru
dilaksanakan di tiga provinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah dan DIY. “Kami semacam ada assesment, kami tanya dulu
mau tidak. Kemudian kami screening, misal kesiapan daerah, ada jaringan atau
tidak, teknologi ada apa tidak, produk ada apa tidak,” ucapnya.
Salah seorang perempuan difabel yang mengikuti program ini, Rofitasari
Rahayu dari Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) membagikan kisah
suksesnya. Ia yang selama ini memproduksi wayang sada (lidi) menyebut terbantu
ketika ingin lebih mendalami srategi pemasaran
“Karena program ini sangat membantu sekali. Saya ingin
belajar startegi pemasaran, supaya wayang sada ini bisa dikenal di seluruh Indonesia
dan mengenalkan budaya juga,” ucapnya.(dho)