Yogyakarta, Kabar Jogja - Perekonomian Daerah Istimewa
Yogyakarta (DIY) mengalami penurunan dengan laju pertumbuhannya minus 6,74
persen akibat pandemi Covid-19 yang berlangsung sejak Maret 2020 lalu. Meski
begitu, masyarakat tidak perlu khawatir karena saat ini ekonomi sudah mulai
menggeliat kembali.
Direktur Utama Bank BPD DIY Santoso Rohmad mengatakan, dalam konteks pandemi Corona ini pihaknya
telah menyalurkan biaya hidup kepada masyarakat miskin di seluruh DIY. “Jumlahnya
156 ribu masyarakat miskin yang sudah disalurkan BPD dan semuanya lancar. Kami
berikan sesuai by name dan by address di seluruh DIY,” katanya, dalam Forum
Diskusi Kritis Media Yogyakarta #6 bertema Di Ambang Resesi, Potensi dan
Kapasitas Bank Daerah dalam Pertumbuhan Ekonomi yang Minus, Jumat (4/9/2020),
di Aula Kantor Pusat Bank BPD DIY.
Santoso mengatakan, pihaknya pun telah memperhitungkan
risiko terburuk ketika di kuartal ketiga ini perekonomian di DIY masih
mengalami penurunan laju pertumbuhan. “Risiko terburuk sudah kami buat. Artinya
kalau kami menahan beban sekian ton bagaimana. Tapi Alhamdulillah belum sekian
kilo saat ini sudah mulai recovery. Nasabah kami sudah mulai recovery dengan
cara normal baru,” katanya.
Santoso mengatakan, pulihnya Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM) menurutnya ketika mereka bisa mulai berproduksi dan ada pergerakan dari
masyarakat di daerah tersebut untuk membelinya. Sedangkan pergerakan orang di
DIY beberapa waktu belakangan ini pun sudah mulai cukup ramai.
“Wisatawan sudah mulai masuk ke DIY. Prediksi saya ini sudah
mulai tumbuh. Bisa dilihat saat libur kadang jalanan padat meski belum seramai
dulu,” ucapnya.
Santoso mengatakan, Dana Pihak ketiga (DPK) dari masyarakat
yang dikelola bank tersebut meningkat. Agar ekonomi DIY mampu bertahan,
pihaknya berusaha menumbuhkan sektor-sektor ekonomi skala kecil di kalangan
pelaku UMKM.
Salah satunya melalui penyaluran kredit ultra-mikro dengan
plafon maksimal Rp2,5 juta bunga 3 persen jangka waktu satu tahun. “Kita
sekarang ini menumbuhkan yang kecil-kecil tetapi jumlahnya banyak, untuk daya
tahan,” kata dia.
Sementara, Wakil
Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Universitas Gadjah Mada (UGM)
Yogyakarta, Amirullah Setya Hadi menambahkan, menurutnya mungkin satu-satunya
solusi agar mampu terlepas dari persoalan perekonomian yang kolaps ini yakni segera
menggelar perkuliahan tatap muka kampus.
Amirullah berkata, beberapa waktu lalu dirinya melakukan
survei perekonomian DIY. Jawaban dari hampir semua responden mengindikasikan
adanya peningkatan daya beli dan konsumsi masyarakat.
Berkat dukungan aliran dana bantuan sosial pemerintah muncul
harapan ekonomi DIY mampu reborn akhir tahun ini. Bagaimana pun konsumsi masih
menjadi tulang punggung ekonomi DIY “Mungkin tidak positif tetapi tipis-tipis,”
ucapnya.(dho)