Yogyakarta, Kabar Jogja – Ratusan Pedagang Kaki Lima (PKL) di
kawasan Malioboro, Kota Yogyakarta melakukan restukturisasi kredit sejak April
lalu ke Perbankan. Untuk membantu mereka agar segera pulih dari dampak pandemi
Covid-19, diperlukan dukungan dari pemerintah supaya jumlah kunjungan wisatawan
meningkat.
Pimpinan Divisi Perkreditan Bank Pembangunan Daerah (DPD)
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Nur Iswantoro mengatakan ada sekitar 200
sampai 300 PKL di kawasan Malioboro yang telah mengajukan pinjaman. Rata-rata
kisaran Rp200 hingga 300 juta dengan restrukturisasi yang diajukan selama enam
bulan.
“Restrukturisasi yang diajukan untuk penundayaan pembayaran
angsuran kemudian penurunan bunga. Itu yang mereka lakukan. Jangka waktu restrukturisasi
yang diajukan rata-rata sekitar enam bulan. Padahal pemerintah memberikan
tenggang waktu sampai dengan 31 Maret 2021,” katanya di sela diskusi bertema Membangun
Ketahanan Ekonomi Daerah di Masa Pendemi di Kafe Taru Martani Kota Yogyakarta
pada Sabtu (18/7).
Nur mengatakan dampak terhadap perbankan yakni cash inflow
(pergerakan uang masuk) tidak masuk. Sehingga harus pandai-pandai mengendalikan
likuiditas.
“Tapi Alhamdulillah BPD sangat dipercaya masyarakat. Dana
pihak ketiga kami tetap tidak ada masalah. Karena memang kondisi sepeti ini, masyarakat
yang ingin investasi dan sebagainya masih menunggu (normal kembali) untuk
investasi kembali. Sehingga dana pihak ketiga kami masih Rp11 triliun,”
katanya.
Nur mengungkapkan diharapkannya kondisi akan kembali normal setelah
masa restrukturisasi habis. Para PKL di
Malioboro sudah mulai mendapatkan pemasukan dari para wisatawan. “Sehingga, sehingga
kami dari perbankan nanti di September bisa normal kembali,” katanya.
Nur mengatakan suport dari pemerintah diperlukan supaya
wisatawan kembali lagi berkunjung ke Malioboro. Sehingga membuat daya beli bisa
tumbuh. “Kalau Ngarso Dalem (Gubernur DIY) kan intinya sekarang wisatawan sudah
bisa masuk ke Yogyakarta. Tinggal bagaimana masing-masing mengelola dirinya
agar terhindar dari Covid-19. Jadi sudah sangat mendukung,” ucapnya.
Nur menyebut para PKL di Malioboro juga berperan dalam
pemasukan ekonomi daerah, seperti melalui pajak yang dibayarkan. Namun,
menurutnya tidak hanya itu saja manfaatnya ketika kunjungan wisata kembali
normal.
“Kan ada multiplayer efek. Bagaimana wisata itu tidak hanya
berdampak pada PKL Malioboro. Tapi juga di lingkungan sekitarnya,” katanya.
Misalnya, para wisatawan menikmati kuliner di sekitar
Malioboro. “Sektor kuliner jalan. Seperti pedagang besar, petani juga
produksinya laku. Tidak sesederhana di Malioboro laku gudegnya. Tapi ada telur
dari industri peternakan yang jalan. Kemudian pakan, dari para petani jagung
juga laku,” ucapnya.(dho)