Yogyakarta – Pabrik Cerutu PD Tarumartani didirikan pada
masa penjajahan Belanda sekitar 1918 silam. Pabrik ini sebelumnya bernama NV
Negresco yang terletak di daerah Bulu, Jalan Magelang, Yogyakarta.
Pabrik yang berlokasi di di Jalan Bambang Suprapto, Baciro,
Gondokusuman, Kota Yogyakarta tersebut sempat diambil alih oleh Jepang ketika
menduduki Indonesia. Namun kemudian menyerah pada mulai 1945 resmi dimiliki
Pemerintah Indonesia.
Seiring waktu, pabrik ini kemudian diserahkan kepada Pemda
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dalam pengelolaannya dan menjadi BUMD. Namanya
pun telah diubah menjadi PD Tarumartani yang artinya “Daun yang menghidupi” oleh
Sri Sultan Hamengku Buwono IX.
Bangunan berarsitektur dengan bentuk atap kampung setrawuran
yang mencerminkan kapasitas daya tampung yang besar. Bangunan terdiri atas dua
blok dalam komplek, dibangun secara bertahap.
Bangunan A digunakan sebagai bangunan administrasi dan
produksi didirikan tahun 1920. Bangunan B digunakan sebagai bangunan produksi
dan gudang yang didirikan tahun 1921. Bangunan tersebut telah ditetapkan
sebagai cagar budaya melalui peraturan menteri pada 2007 silam.
Direktur Utama PD Tarumartani, Nur Ahmad Affandi mengatakan
sampai saat pihaknya masih terus memproduksi cerutu yang dipasarkan ke
negara-negara di Eropa dan Amerika. “Seperti Swiss, Jerman. Tapi yang paling
banyak di Amerika,” kata dia ditemui pada Sabtu (4/7).
Nur Ahmad mengatakan produksinya juga dikonsumsi oleh
masyarakat Indonesia. Hanya untuk varian rasa berbeda jika dibandingkan dengan
yang diekspor. “Untuk pasar Indonesia kami kembangkan varian rasa buah-buahan
seperti apel,” katanya.
Manajemen dalam pengelolaannya juga terus melakukan inovasi.
Seperti mendirikan sebuah kafe di halaman depan. Di kafe yang memiliki tempat
duduk sekitar seratus orang tersebut tersaji makanan-makanan spesial khas
Tarumartani.