Sleman – Biyem Setyo Utomo atau yang akrab dipanggil Mbah
Lindu meninggal dunia pada Minggu (12/7) sekitar pukul 17.58 WIB. Jenazah
pedagang gudeg legendaris di Yogyakarta ini dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum
(TPU) Klebengan, Caturtunggal, Depok, Sleman tak jauh dari kediamannya.
Anak perempuan dari Mbah Lindu, Ratiyah, 58 tahun,
mengatakan ibunya meninggal seusai adzan maghrib dikumandangkan dari masjid
dekat rumahnya. Menurutnya, Mbah Liundu meninggal karena sudah sepuh atau sakit
tua.
“Mbah Lindu meninggal dunia tadi setelah rampung adzan
magrib. Meninggal diumur 100 tahun. Mbah Lindu meninggal di rumah kebetulan
ditunggui oleh anak, cucu dan keluarga. Meninggal karena sakit sepuh,” katanya
di rumah duka, Klebangan Blok E-3, Desa Caturtunggal, Kecamatan Depok,
Kabupaten Sleman.
Menurut Ratiyah, Mbah Lindu sempat jatuh di dapur rumah pada
Sabtu, (6/7) lalu. Kemudian dirawat di RS Panti Rapih Yogyakarta selama dua
hari dan diperbolehkan untuk pulang.
“Kata dokternya memang tidak ada yang sakit. Memang karena
sudah tua saja. Kemudian disuruh pulang ke rumah. Supaya bisa beristirahat di
rumah. Di rumah ya masih sempat membantu masak dan mengupas telur,” katanya.
Mbah Lindu masihlah cukup sehat. Mbah Lindu masih bisa
beraktivitas biasa dan sesekali membantu membuat gudeg di dapur.
Hanya saja sejak tiga hari yang lalu, Mbah Lindu enggan
makan. Sebelum meninggal, Ratiyah menyebut Mbah Lindu sempat minum air putih. "Sebelum
meninggal tadi sempat minta air putih. Masih bisa bilang Allah, Allah
gitu," kata dia.
Mbah Lindu sudah lebih dari 80 tahun menjajakan gudeg yang
dikenal identik dengan Kota Yogyakarta ini.
Ratiyah mengungkapkan secara fisik, Mbah Lindu masihlah
cukup sehat. Mbah Lindu masih bisa beraktivitas biasa dan sesekali membantu
membuat gudeg di dapur. Hanya saja sejak tiga hari yang lalu, Mbah Lindu enggan
makan. Sebelum meninggal, Ratiyah menyebut Mbah Lindu sempat minum air putih. "Sebelum
meninggal tadi sempat minta air putih. Masih bisa bilang Allah, Allah
gitu," ucapnya.(dho)