Yogyakarta - Pemerintah Kota Yogyakarta melalui Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UKM), Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota menyiapkan berbagai program untuk membangkitkan pelaku UMKM terdampak Covid-19.
Dikatakan Kabid Usaha Kecil Mikro Diskop, UKM, Nakertrans Kota Yogyakarta, Rihari Wulandari menerangkan, sudah ada program pemulihan dan pembangkitan. Pihaknya memberikan pendampingan pelaku UMKM untuk berinovasi, berkreasi, dan memproduksi barang-barang yang dibutuhkan masyarakat sekarang. "Misalnya kalau waktu puasa banyak yang memproduksi olahan, masker, APD, hand sanitizer, sarung tangan," katanya.
Kemudian Pihaknya juga akan meningkatkan pemasaran bekerjasama dengan market place salah satunya dengan membuatkan katalog, dengan itu harapannya masyarakat bisa belanja dari rumah karena sudah tertera harganya. "Pemkot kerja sama dengan salah satu transportasi daring untuk ongkir, isinya adalah produk-produk UMKM. Ada gambar, harga, kontak, dan alamat di katalog tersebut," katanya.
Rihari mengatakan sejauh ini juga sudah mulai menjajaki kerja sama dengan 2 mal di Yogyakarta yang sanggup membantu UMKM dengan sistem bagi hasil. " Sudah menjalin kerja sama dengan 2 mal tapi baru dirapatkan sistem bagi hasilnya. nantinya pelaku UMKM mendisplay dan ada yang jaga disitu. Jadi mereka diberi stand di mal," ucapnya.
Sebab ketika gratis tidak mungkin tapi mereka dengan biaya sewa UMKM tidak mampu juga namun dari pada sepi pihaknya sudah sepakat menjalin kerjasama dengan sistem bagi hasil. "Kami tawarkan ternyata mereka antusias kalau bagi hasil. Bagi hasilnya kita rapatkan dulu dengan tim management. Beberapa mal juga sudah pada buka," ucapnya.
Ada tiga jenis produk UMKM yang diupayakan masuk ke mal yakni fashion, craft dan kuliner. "Karena produk mereka belum terjual. Jadi mereka berusaha menjual produk mereka tapi belum bisa. Orang mau kondangan juga tidak ada undangan. Tapi yang dibutuhkan sekarang makanan," jelasnya.
Jumlah UMKM Kota Yogyakarta tersebar di 14 kecamatan, total ada sekitar 26 ribu tapi yang sudah mengantongi IUM baru ada 4500 dari 26 ribu. "Dari pendataan yang dilakukan, ada 1.450 yang mengisi form terdampak COVID-19," katanya.
Sementara selama Pandemi Covid-19 ada beberapa pelaku UMKM yang beralih ke produk lain seperti APD, hand sanitizer. "Dari catatan kami ada sekitar 119 yang beralih untuk memproduksi barang lain seperti masker hingga APD dan yang olahan sekitar 100," paparnya.(rls/red)