Sleman - Produk pangan dari sumber daya pertanian dan
peternakan merupakan salah satu sektor yang terkena dampak pandemi covid-19
akibat tersendatnya rantai pasok distribusi perdagangan dari produsen ke
konsumen. Tersendatnya rantai perdagangan ini disebabkan menurunnya permintaan
konsumen karena alasan keamanan dan kesehatan pangan dan ketatnya aturan
transportasi.
Namun begitu penjualan produk pangan secara online
berkembang pesat meski konsumen lebih memilih produk yang sudah terjamin
standar kualitas kesehatannya. Oleh karena itu, sudah saatnya para wirausaha di
bidang pertanian dan peternakan untuk mengembangkan teknologi pengolahan pangan
agar lebih tahan lama, lebih sehat, aman dan bisa dijual langsung ke konsumen.
Dosen Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) UGM, Yudi Pranoto
mengatakan di masa pandemi sekarang ini menjadi ujian dan tantangan bagi para
petani, peternak dan wirausahawan untuk melakukan perubahan dalam proses
pengolahan pangan. Sebab, saat ini konsumen lebih memilih pangan yang lebih
higienis, sehat dan terjamin dari kontaminasi covid. “Konsumen lebih
mengaharapkan agar produk pangan terjamin secara baik, apalagi berasal dari
daerah zona merah (covid-19),” katanya.
Ia berpendapat saat awal masa pandemi, beberapa daerah
mengalami kesulitan mendapatkan produk pangan sehingga harganya naik di pasaran.
Namun ada beberapa daerah tertentu produksinya melimpah dan harganya jauh
relative lebih rumah. Tersendatnya rantai distribusi pangan akibat pengetatan
jalur tranportasi menjadai salah satu penyebabnya. Namun untuk menghindari agar
hasil panen dari petani dan peternak tidak lekas rusak akibat masalah rantai
distribusi ini ia mengharapkan perlu adanya pengembangan teknologi dalam
pegolahan bahan pangan.
Sementara Dosen Fakultas Peternakan, Parjono mengatakan
peternak ayam potong dan petelur paling terkena dampak pada masa awal pandemi
covid-19 ini. Sebab turunnya permintaan dari konsumen karena banyak pasar yang
tutup. Berbeda dengan peternak sapi potong, hingga lebaran tahun kemarin mereka
merasakan dampak dari kenaikan harga daging karena tidak adanya kebijakan daging
impor. “Kesulitan mereka justru memasarkan sapi potongnya. Tidak hanya
permintaan menurun namun dari sisi distribusi harga pakan juga mulai meningkat.
peternakan mengalami dampak cukup berat,” katanya.
Kepala Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan pertanian,
Kementerian Pertanian, Dr. Husnain, mengatakan produksi produk pertanian tetap
berjalan dengan baik saat masa pandemi namun mengalami hambatan pada sisi
distribusi penjualan hasil panen. “Hasil panen tetap namun distribusi
logistik,” katanya.
Tingginya permintaan produk pangan pertanian secara online
menurutnya menjadi peluang bagi wirausaha pertanian untuk menjual dan
memasarkan produknya ke konsumen. “Teknologi bisa membantu perdagangan produk
pertanian,” ujarnya.(rid/rls)