Yogyakarta - Anggota Tim Ahli Pusat Studi Transportasi dan Logistik (Pustral) UGM Kuncoro Harto Widodo mengatakan manajemen logistik kemanusiaan saat ini berbeda saat pendistribusian logistik komersial di saat kondisi normal. Sebab saat ini penyaluran logistik kemanusiaan dalam rangka menyelamatkan nyawa dan membantu kebutuhan pangan masyarakat miskin.
Bahkan pola permintaannya pun tidak teratur dengan pola
pasokan sembarang dan tidak terencana. “Oleh karena itu barang bantuan seperti
makanan, obat, alat kesehatan misalnya harus menyesuaikan dalam kecepatan,
kesesuaian dan prosentase pemenuhan kebutuhan,” kata Kuncoro dalam keterangan
tertulisnya yang dikutip Sabtu (9/5).
Di tengah masa pandemi covid-19 sekarang ini, kata Kuncoro,
koordinasi dan kolaborasi antar pihak sangat diperlukan dengan mengoptimalkan
dengan kesempatan berbagi informasi antara donor dengan pengelola distribusi
bantuan sehingga pemenuhan stok pangan di tingkat bawah tersalurkan. Namun
begitu, pola pendistribusian sebaiknnya menghindari kerumunan massa dan
mengikuti standar protokol kesehatan. “Namun yang tidak kalah lebih penting
melakukan pendataan dan plooting lokasi penerima sehingga penyaluran bantuan
lebih tepat sasaran,” paparnya.
Sosiolog UGM Sunyoto Usman mengatakan identifikasi validasi
keluarga miskin dan rentan miskin yang terpapar non natural disaster sangat
penting. Sebab bagi warga yang terpapar non natural disaster wabah covid-19
saat ini tidak terbatas waktu hingga ditemukan obat dan vaksin. “Data untuk
penerima bantuan sosial sangat diperlukan. Selain ada informasi tentang proses
distribusi yang berkeadilan dan merata,” ujarnya.
Namun demikian menurutnya pengawasan yang ketat dari
masyarakat diperlukan agar tidak terjadi kecurigaan bantuan sosial
disalahgunakan komunitas politik sebagai bagian kontestasi pilkada. “Kita perlu
memastikan penerima utama adalah keluarga terpapar,” katanya.
Sementara Ketua Forum Transportasi Laut, Masyarakat
Trasportasi Indonesia (MTI), Leny Maryouri, PhD., menyoroti soal pelarangan
mudik dengan munculnya permenhub tentang pengendalian transportasi selama musim
mudik idul fitri. Namun peraturan tersebut tidak diikuti dengan pelarangan atau
pemutusan konektivitas penerbangan penumpang internasional dan penyebraban
ferry internasional. “Terutama untuk penerbangan dari negara yang zona merah
covid-19,” imbuhnya.
Menurutnya untuk mencegah penularan covid ini pemerintah
seharusnya lebih tegas dalam melakukan pengendalian transportasi dengan lebih
mengoptimalkan angkutan barang lebih terarah pada swasembada per daerah dalam
memenuhi kebutuhan pokok.
Kepala Pusat Studi Trasportsi dan Logistik (Pustral) UGM
sekaligus Ketua Umum MTI, Agus Taufik Mulyono mengatakan dampak dari PSBB dan
pandemi covid ini sangat dirasakan pada sektor riil yang mengalami penurunan
drastis, bahkan distribusi bahan pokok dan kesehatan tersendat dan alokasi
anggaran menjadi tidak terprediksi sehingga membuat pemda kebingungan dan panik
dalam mengelola anggaran.
Ia menilai terjadi penurunan distribusi logistik saat masa
pandemi karena terputusnya mata rantai pasok. Adapun perlambatan pemenuhan
pelayanan bahan pokok dan kesehatan disebakan tidak ada kepastian soal waktu,
biaya, dan kendala administratif.
Oleh karena itu, untuk meningkatkan kecepatan manajemen
distribusi logistik bahan pokok dan kesehatan diperlukan peningkatan literasi
IT dan optimalisasi prosedur percepatan mata rantai pasok. “Diperlukan
perubahan paradigma publik untuk beradaptasi dengan situasi dan perkembangan IT
untuk memudahkan pelayanan lewat layanan akses prosedur digital,” pungkasnya.(rls)