SLEMAN - Membudayakan kejujuran dalam budidaya ikannya, menjadikan warga di Dusun Bokesan, Sindumartani, Ngemplak, Sleman ini terus mengalami limpahan keuntungan. Bahkan, tercatat sampai saat ini omzetnya per tahun mencapai miliaran rupiah.
Saptono, sebagai Pengelola Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan (P2MKP) Mina Ngremboko, Bokesan, ini berujar kejujuran awalnya dari pengalamannya. Berupa permasalahan yang dihadapinya ketika mengelola kolam ikannya.
"Belajar dari masalah. Masalah keamanan, pasar, persaingan harga, permodalan. Misal masalah keamanan, kolam kan bersebelahan. Ada yang jaring ikan di kolam lain, kemudian dimasukkan ke kolamnya kan gampang," katanya.
Dari awal permasalahan tersebut, kemudian dirinya yang mulai menggeluti bisnis sebagai petani ikan sejka 1993 itu mengajak masyarakat untuk berperilaku jujur. Membentuk sebuah manajemen pemasaran dalam satu pintu. "Segala sesuatu dengan kejujuran itu barokahnya banyak," katanya.
Dalam satu pintu manajemen tersebut, budidaya ikan diatur dari mulai pembibitan, panen, hingga pemasarannya. "Sehingga dari jumlah ikan, kualitas, siapa yang punya, pembelinya siapa, jam berapa transaksinya, uangnya berapa, semuanya ketahuan,"tuturnya.
Semua yang melakukannya itu pun sudah dibentuknya suatu tim. Tim pengendali mutu ikan, penangkap, hingga koordinator pasar. "Ketika panen, sudah ada tanggalnya. Di kolam milik petani itu lo sudah mau panen. Kemudian tim pengendali mutu melihat apakah baik tidak kualitasnya. Kalau baik, kemudian menurunkan tim tangkap," ujarnya.
Setelah dipanen dan kemudian dipasarkan, uang yang didapat tidak diberikan ke pria pemilik kolam. Akan tetapi, diberikan ke istrinya. "Karena kalau diberikan ke laki-lakinya, hanya habis untuk selingkuh, minum, atau lainnya. Ini juga mengajarkan kejujuran dalam rumah tangga," katanya.
Tak hanya sampai di situ saja budaya kejujuran yang ditanam. Namun, itu juga pastinya akan menurun ke anak-cucu selanjutnya.
"Anak-anak kiblatnya ke Orangtua. Kata orang, orang jujur akan hancur. Tapi, karena kita lakukan bersama-sama, kelompok bisa bertahan. Kalau makan yang halal, pikiran juga benar," ujar Saptono.
Dalam membentuk masyarakat yang kompak ini, ia juga membuat sebuah konsep. Berupa dana taktis, yaitu diambil satu rupiah setiap satu ekor ikan panen. "Bayangkan saja, kalau ikan dalam satu kolam itu ada tujuh ribu ekor. Dana taktisnya kan Rp 7 juta," katanya.
Pemberlakukan dana taktis tersebut baru dilakukannya sejak empat tahun terakhir. Namun, kondisinya sudah banyak mengubah lingkungan sekitar Bokesan. "Dari mulai mengaspal jalan, mau futsal, badminton, piknik, gratis," tuturnya.
Kelompok tani Mina Ngremboko saat ini memiliki anggota sekitar 48 orang yang aktif. Mengelola kolam ikan dengan luasan sekitar 25 hektare (ha). Melakukan budidaya ikan Nila, Lele, Gurame, Grasscarp, Bawal, dan ikan hias.(rid/els)