Yogyakarta – Peternak ayam rakyat mendesak agar pemerintah
mengeluarkan regulasi untuk menyelamatkan usahanya. Sebab sejak pertengahan
2018 hingga saat ini harga ayam tidak sebanding dengan biaya produksi.
Bidang Produksi Asosiasi Peternak Ayam Yogyakarta (Apayo)
Andriana mengungkapkan harga ayam pedaging jauh di bawah biaya produksi. Yakni
kisaran Rp8.500 per kilogram dari peternak sedangkan proses produksinya yang
memakan waktu kisaran 35 hari membutuhkan biaya Rp16.500 per kilogram.
Andriana mengatakan selain harga ayam hidup di bawah biaya
pokok produksi juga ada permasalahan berupa para peternak besar atau pabrik
yang menggunakan kandang-kandang modern menjual hasil produksinya ke pasar.
“Akhirnya over stok. Ditambah lagi sekarang ada pandemi
Covid-19 yang membuat jam operasional pasar tradisional dibatasi. Selain itu
juga warung-warung makan banyak yang tutup. Otomatis serapan hasil produksi dari
peternak rakyat tidak maksimal,” katanya di Lapangan Karang, Kotagede, Kota
Yogyakarta pada Selasa (21/4).
Andriana menyebut kondisi ini dialami oleh para peternak
rakyat secara nasional. Yakni mereka yang melakukan produksi ayam dengan jumlah
di bawah 10 ribu ekor per periode. “Ini dirasakan oleh peternak rakyat skala
nasional. Kalau untuk di Yogyakarta ada sekitar 100 peternak rakyat di bawah
Apayo dan hampir semua merasakan ini,” katanya.
Salah seorang peternak ayam rakyat, Tatak Yudho, 37,
mengatakan hal yang sama. “Kami dari peternak rakyat sudah sangat pusing untuk
mencari solusi karena jatuhnya harga ayam pedaging. Harapannya supaya dari
pemerintah ada regulasi untuk membatasi kandang-kandang modern atau mungkin dari
izin usahanya,” katanya.
Tatak mengatakan para peternak rakyat sampai saat ini pun
masih tetap berusaha untuk bertahan. “Situasi sulit tapi untuk gulung tikar
belum. Banyak peternak rakyat yang masih memaksakan diri untuk bisa survive
masa lebaran nanti,” ucap peternak asal Kabupaten Pati, Jawa Tengah ini.(rid/ist)