Sleman – Jeep wisata lava tour di lereng Gunung Merapi
Kabupaten Sleman berhenti beroperasi pada masa pandemi Covid-19 ini. Para
driver pun kembali ke profesi sebelumnya seperti bertani dan beternak untuk
mencukupi kebutuhan ekonominya.
Salah seorang pengelola wisata Lava Tour lereng Merapi,
Bambang Sugeng mengatakan sedikitnya ada 900 armada Jeep yang sudah tak
beroperasi sejak 23 Maret 2020.
“Sudah berhenti beroperasi 23 Maret kemarin. Dibuka kembali
kami belum tahu. Ada hampir 900 Jeep ngandang (berhenti beroperasi),” katanya
saat dihubungi melalui telepon pada Senin (13/4).
Bambang mengatakan driver kehilangan pendapatan kisaran Rp50
ribu sampai Rp100 ribu setiap harinya pada masa pandemi ini. Ketika ramai bisa
mencapai Rp200 ribu. “Jeep wisata ini menyokong sekitar 4.500 sampai 5.000
jiwa,” katanya.
Bambang mengungkapkan sebagian besar para driver pun kembali
ke profesi sebelumnya. Mereka ada yang bertani, beternak, dan juga tukang batu.
“Para driver itu dulunya ada yang sopir, petani peternak,
tukang batu. Kalau sekatang ya kembali cari rumput untuk ternak. Ada yang tanam
sawi, cabai. Di desa itu banyak hal yang bisa dikerjakan,” katanya.
Bambang menyebut kembali ke profesi awal menjadi pilihan
dibanding menjual Jeep untuk memenuhi kebutuhan. Sebab menurutnya jika dijual
harganya dikhawatirkan turun drastis.
“Sampai saat ini belum ada anggota asosiasi yang memilih
menjual armadanya untuk bertahan hidup. Harga barang sekunder sekarang jatuh.
Penurunanannya bisa sampai 25 persen,” ucapnya.
Kepala Dinas Pariwisata Sleman Sudarningsih menambahkan
pihaknya telah mengimbau kepada pengelola wisata supaya tidak menerima
pengunjung selama masa pandemi Covid-19 ini.
Penutupan destinasi di antaranya di Kaliurang, Kaliadem,
Klangon yang berada di lereng Merapi. Kemudian juga di Tebing Breksi dan Lava
Bantal yang ada di Kecamatan Prambanan dan Berbah. “Selama penutupan
diintenskan kegiatan penyemprotan disinfektan dan penataan fasilitas,” ucapnya.(rid)