Yogyakarta – DPRD Kota Yogyakarta akan mengundang Badan
Urusan Logistik (Bulog) untuk melakukan pasar murah pada masa pandemi Covid-19.
Supaya stok bahan pangan terutama beras tetap terjaga dan masyarakat mendapat
harga yang lebih murah dibandingkan di pasaran.
Anggota Komisi B DPRD Kota Yogyakarta Oleg Yohan mengatakan
kegiatan pasar murah diharapkan bisa dilakukan di beberapa kampung. “Kami akan
mengundang Bulog. Selama ini kan penyemprotan disinfektan, dan pembagian
masker. Jadi perlu ada langkah konkrit kepada masyarakat dengan menggelar pasar
murah,” katanya ditemui di DPRD Kota Yogyakarta pada Rabu (15/4).
Oleg mengatakan dengan pasar murah itu masyarakat akan
mendapat harga lebih murah dibanding di pasaran. Sehingga akan meringankan
beban mereka di tengah pandemi ini.
Oleg menyebut upaya ini juga sekaligus menguatkan ketahanan
pangan di Kota Yogyakarta. Sebab berdasarkan data dari Dinas Pertanian, stok
beras hanya mencukupi untuk satu minggu ke depan.
“Agar ketahanan pangan kuat, perlu ada stok 120 ton beras
untuk satu bulan ke depan. Karena saat ini stoknya hanya sampai satu minggu,”
urainya.
Mengenai kebutuhan dana, Oleg mengungkapkan memerlukan
sekitar Rp800 juta. Nantinya bisa memakai dari Dinas Pertanian atau Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah (APBD).
“Secara prinsip APBD kita siap untuk kegiatan penanganan
Covid-19. Tidak perlu saling tunggu, kota menunggu provinsi. Jadi sesegera
mungkin bisa dilakukan yang penting tidak menyalahi aturan,” katanya.
Oleg menyebut ada pula anggaran sebesar Rp270 miliar yang
siap digunakan. “Dana Rp270 miliar itu sumbernya dari macam-macam. Seperti dari
pajak reklame, hotel, penerangan jalan,” ucapnya.
Selain operasi pasar, rencananya juga akan memberikan
insentif kepada sekitar 15.500 orang peserta Kelompok Jaring Pengaman Sosial
(KJPS). Besaran nilainya yakni Rp250 ribu per bulan per Kepala Keluarga (KK).
“Apakah itu dalam bentuk uang atau barang, masih belum disepakati,” ucapnya.
Secara terpisah, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
Sri Sultan Hamengku Buwono X mengatakan kondisi perekonomian DIY awal 2020
menunjukkan sinyalemen diluar yang telah direncanakan. Menrutnya pandemi virus
Covid-19 berpotensi melumpuhkan perekonomian daerah.
“Was-was boleh tetapi jangan sampai menimbulkan kepanikan
yang berdampak pada stabilitas lingkungan. Saatnya saling bahu membahu
menggerakkan ekonomi lokal demi menjaga gejolak global. Kuatkan ketahanan
daerah secara massif dan kreatif,” katanya dalam pidatonya pada Laporan
Pertanggungjawaban (LKPJ) Tahun Anggaran (TA) 2019 di Paripurna DPRD DIY.
Sri Sultan menyampaikan peran PAD sangat vital bagi
pembagunan daerah yang mandiri dan harus senantiasa ditingkatkan. Semakin besar
proporsi PAD dalam postur pendapatan, maka tingkat ketergantungan terhadap dana
transfer akan semakin kecil.
Sebagai gambaran, pendapatan daerah APBD DIY 2019 ditarget
Rp 5,7 triliun. Realisasinya sebesar 99,74 persen dari target. Sedangkan
anggaran belanja daerah Rp 5,97 triliun. Meliputi belanja langsung (Rp 3,16
triliun) dan belanja tidak langsung (Rp 2,81 triliun). Serapan belanja mencapai
Rp 5,44 triliun atau 92,75 persen.
Sementara itu, penggunaan Dana Keistimewaan sebesar Rp 1,2
triliun. Danais TA 2019 dialokasikan untuk membiayai 26 program dengan rincian
101 kegiatan. “Pelaksanaan Danais dilaporkan hasilnya memuaskan, secara umum
relatif lebih berkualitas,” ucapnya.(And)