Gunungkidul – Musim kemarau diperkirakan akan dialami di
Gunungkidul pada akhir April ini. Untuk mengantisipasi bencana kemarau,
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) telah menyediakan anggaran sebesar Rp900 juta.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
Gunungkidul Edy Basuki mengatakan anggaran tersebut meningkat dibandingkan 2019
lalu yang hanya berkisar Rp538 juta. Sebab besaran itu belum mencukupi
kebutuhan selama musim kemarau tahun lalu. “Tahun ini untuk penanggulangan
krisis air sekitar Rp900 juta, dari APBD 2020,” katanya saat dihubungi pada
Senin (13/4).
Edy mengatakan dana tersebut nantinya digunakan untuk
pembelian air dan perawatan kendaraan yang dipakai droping. “Anggaran
keseluruhan untuk droping air bersih dan perawatan kendaraan,” katanya.
Bencana kekurangan air bersih ini memang sudah menjadi
langganan setiap tahun di Gunungkidul saat musim kemarau. Hampir semua
kecamatan mengalaminya dengan jumlah jiwa lebih dari ratusan ribu.
Edy menyebut dalam droping air bersih nanti pihaknya juga
akan berkoordinasi dengan pemerintah kecamatan dan Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM). Supaya lebih tepat sasaran dan tidak terjadi penumpukan pada satu
lokasi. “Untuk musim kemarau kami masih menunggu info resmi dari BMKG, setelah
itu baru kami koordinasi dengan kecamatan,” katanya.
Kepala Stasiun Klimatologi Badan Meteorologi Klimatologi
Geofisika (BMKG) Yogyakarta Rani Kraningtyas mengatakan untuk wilayah Daerah
Istimewa Yogyakarta (DIY) masa pancaroba dialami pada April ini. Sedangkan
musim kemarau pada Mei mendatang.
“Wilayah DIY yang paling awal masuk musim kemarau adalah
Gunungkidul yakni pada dasarian ketiga atau akhir April ini. Pada awal musim
kemarau biasanya masih ada hujan, tetapi curah hujannya kurang dari 50
milimeter dalam dasarian,” ucapnya.(ana)