Yogyakarta – Sebagian besar karyawan dari Perusahaan
Otobus (PO) di Daerah Istimewa
Yogyakarta (DIY) untuk sementara dirumahkan karena berhenti beroperasinya
layanan bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) dan Pariwisata mulai Senin (30/3).
Mereka pun diberikan insentif yang bermacam dari perusahaannya, seperti beras
untuk bertahan hidup.
Sekretaris Organisasi Angkutan Darat (Organda) DIY Adi Didit
Prasetyo mengatakan untuk yang bus AKAP dan Pariwisata berangkat dari Jakarta
ke daerah masing-masing berhenti beroperasi mulai Selasa (31/3).
Sedangkan untuk bus Pariwisata sudah sekitar satu bulan lalu
tidak beroperasi sejak ada imbauan dari Menteri Pendidikan Nadiem yang salah
satu poinnya yakini studi wisata atau studi tour sementara dilarang karena ada
ancaman wabah virus Corona Covid-19.
“Kalau untuk di DIY angkutan pariwisata ada sekitar 27 PO
terdiri dari 581 unit armada. Sedangkan AKAP ada sekitar 10 PO, kisaran 300
armada. Total ada sekitar 40 PO dengan seribuan armada, semuanya stop,” kata
Didit saat dihubungi melalui telepon pada Senin (30/3).
Didit mencontohkan berhenti sementara operasional ini
dilakukan oleh PO Maju Lancar, salah satu perusahaan otobus di Gunungkidul yang
memiliki sekitar 75 armada. Para karyawan sementara dirumahkan sampai Jumat
(6/4).
“Untuk Maju Lancar mulai hari ini sudah tidak ada
keberangkatan sampai tanggal 6 (April) mendatang. Karyawan sementara kami
rumahkan dan diberi insentif beras. Kalau untuk karyawan dari perusahaan
lainnya tergantung dari kekuatan finansial masing-masing perusahaan,” kata pria
yang juga sebagai Direktur Operasional PO Maju Lancar ini.
Didit mengatakan berhentinya operasional ini khusus
perusahaannya juga karena pertimbangan moral. Memberikan waktu kepada
Pemerintah Kabupaten Gunungkidul dan warga setempat untuk siap menerima para
perantau pulang.
“Kondisi saat ini setiap perantau yang datang ditanya surat
kesehatannya, itu kan harus dites tenaga medis yang berkompeten. Karena
beberapa warga di desa ada yang menolak kedatangan perantau ang pulang. Jadi
kami menjaga situasi saat ini. Kami maklumi warga asli juga butuh ketenangan
supaya tidak tertular Covid-19,” katanya.
Didit berharap adanya perhatian dari pemerintah salah
satunya realisasi penyaluran Bantuan Langsung Tunai (BLT) kepada industri
angkutan. Kemudian juga mengenai kelonggaran angsuran atau kredit yang supaya
diimplementasikan sesuai arahan dari Presiden dan Ototritas jasa Keuangan
(OJK). “Okupansi sudah turun sekitar 80 sampai 90 persen untuk AKAP sejak bulan
ini, sedangkan Pariwisata sudah sejak bulan lalu,” ucapnya.(dho)