Bisnis yang dirintisnya mengikuti perkembangan zaman usianya, Generasi Z. Yakni berbasis perkembangan teknologi informasi dengan membuat aplikasi properti bernama Djuragan Kamar.
Daffa mengaku sudah tertarik dunia properti sejak kelas 2 SMA. Ketika anak seumurannya lebih banyak melirik ke dunia otomotif atau olahraga, Daffa lebih suka membaca buku soal properti.
"Di SMA juga ada program magang di hotel, saya belajar banyak banget soal dunia properti. Setelah magang, saya punya mimpi jika punya perusahaan harus berbasis porperti," ujar Daffa saat berbincang dengan kabarjogja.id belum lama ini.
Dari bangku kuliah di UGM, Daffa mulai menyadari bahwa sumber ide bisa dari permasalahan di sekitar. Dari situ dia mulai berpikir bagaimana membuat wadah untuk menampung dan menangani persoalan tersebut.
Keberaniannya terjun ke bisnis, Daffa ingin mengubah stigma yang menyebut bahwa milenial itu sekadar mengejar hasil secara instan.
"Saya ingin mewakili, milenial juga mengutamakan proses, tidak instan," katanya.
Untuk aplikasi Djuragan Kamar, sudah berjalan sekitar dua bulan ini. Sebuah aplikasi yang menawarkan pengelolaan properti.
Skema kerja sama yang ditawarkan yakni premium dan reguler. Sudah ada puluhan properti dan ribuan kamar yang bergabung, tersebar di sejumlah kota di antaranya Yogyakarta, Jakarta, Solo, dan Malang.
"Kita kelola properti sesuai peruntukannya, di menu apikasi lengkap, gedung kos masukkan ke item kos, hotel ke hotel, apartemen, kita kelola sesuai dengan izin dan peruntukan properti itu, kita bantu maksimalkan pengelolaannya," kata Daffa yang hobi olahraga ini.
Daffa mengaku awalnya memang repot membagi waktu antara kuliah dengan pekerjan. Tapi setelah berjalan, dia mulai terbiasa dan seakan menjadi rutinitas.
"Tantangan di manajemen waktu, misal lima hari kuliah, belum ikut organisasi. Yang penting bisa memanfaatkan optimal waktu luang," ujarnya.
"Nikmati saja, bagi waktu, jangan dibuat stres pekerjaan kita, kita enjoy. Kalau ada waktu luang jangan cuma mikir kerja di kantor, interaksi dengan teman, lingkungan, tapi jangan melupakan pendidikan," tutur anak bungsu dari tiga bersaudara ini.
Daffa saat ini juga telah memiliki karyawan. Dia pun menganggap karyawan bukan sebagai anak buah, tapi menjadi teman diskusi dan sahabat bertukar pikiran. Sedangkan kompetitor bisnis yang sama, Daffa memosisikan
sebagai partner.
Meski terbilang pemain baru di dunia bisnis, Daffa mencoba membagi tips bagi generasi milenial yang ingin merintis suatu usaha sesuai bidangnya masing-masing. Yakni dengan memperhatikan permasalahan di sekitar.
"Mungkin bagi kita itu permasalahan kecil, tapi bagi orang lain mungkin itu masalah besar. Dan itu bisa menjadi sumber ide kita untuk berbisnis, dan coba berinteraksi dengan orang lain, untuk bertukar pikiran agar terbuka wawasan kita," tutup Daffa. (bsn)