BANTUL, KabarJogja.ID - Seniman Gregorius Djaduk Ferianto meninggal pada Rabu (13/11) sekitar pukul 2.30 WIB. Kakak kandungnya, Butet Kartaredja menyebut sang adik diduga terkena serangan jantung.
"Tadi sekitar pukul 2.30. Djaduk mendapat serangan jantung," kata Butet ditemui di rumah duka pada Rabu (13/11).
Menurut Butet, keluarga tidak tahu secara pasti penyebab dari serangan jantung itu. Namun selama beberapa hari belakangan yang bersangkutan sangat sibuk.
Salah satunya yakni mempersiapkan pentas ‘Ngayogjazz’ bersama grup music Sinten Remen. “Hari-hari terakhir Djaduk sangat sibuk untuk latihan musik dan sedang menyiapkan 'Ngayogjazz'," tuturnya.
Menurut Bernadette Ratna Ika Sari (dipanggil ibu Petra), istri dari mas Djaduk, mendiang bangun tidur karena mengalami kesemutan dan sesak di dada, lalu sekitar sepuluh menit kemudian berpulang dengan damai di samping sang istri.
Beliau wafat dengan mudah seperti keinginannya. Djaduk Ferianto meninggalkan istri dan lima anak; Gusti Arirang, Ratu Hening, Gallus Presiden Dewagana, Kandida Rani Nyaribunyi, dan Rajane Tetabuhan. Mendiang akan dikebumikan di makam keluarga, di Sembungan, Kasihan, Kabupaten Bantul.
Putera bungsu Bagong Kussudiarja ini dikenal sebagai seorang komposer, koreografer, sutradara, produser dan fotografer. Ia menjadi pendiri sekaligus pemimpin kelompok musik Kua Etnika dan Sinten Remen.
Tumbuh dalam atmosfer kesenian dan budaya Yogyakarta, ia banyak melakukan pengembaraan kreatif di berbagai kelompok kesenian. Memantapkan diri menjadi ‘pemusik yang gelisah’, kegelisahannya pula turut menginisiasi festival Ngayogjazz dan Pasar Keroncong Kotagede.
Pengetahuan dan wawasan artistiknya yang luar biasa telah berperan penting dalam menghubungkan konteks sejarah karya Bagong Kussudiardja, dan membimbing seniman muda dalam proses kreatif mereka di PSBK dan Indonesia. Keberlanjutan usaha melestarikan kebudayaan Indonesia menjadi tugas bersama, seperti yang ditanamkan oleh mas Djaduk tentang keragaman nusantara semestinya menjadikan karakter diri kita sebagai manusia yang kreatif dan toleran. Sugeng tindhak, mas Djaduk.