Gudeg yang berwarna coklat ini disandingkan dengan potongan ayam dan telur, tak sekedar membuat perut kita kenyang. Namun rasa manis yang pas dengan memiliki kekhasan sendiri, memunculkan rasa ketanggihan.
Apalagi gudeg ini hanya bisa ditemukan di Yogyakarta saja, membuat orang luar daerah yang sudah mencicipinya merasa ingin segera kembali mendatangi kota ini. Lalu apa resep rahasia dari Gudeg Yu Djum yang sudah diproduksi sejak 1960an silam itu?
Badai Permadani, cucu dari Yu Djum saat ditemui pada Februari 2019 mengungkapkan untuk menjaga keaslian cita rasa Gudeg ini yakni dengan mempertahankan cara dalam proses memasaknya. “ Gudeg rasanya cenderung manis, tapi nggak manis-manis. Masak masih tradisional, pakai kayu dan memanasi menggunakan arang,” katanya.
Untuk memasak Gudeg ini pun membutuhkan proses yang cukup lama. Nangka yang diambil dari daerah Prembun, Kebumen dimasak dalam waktu 24 jam. Selain itu juga ada tambahan krecek kulit sapi dari Muntilan, Magelang, serta daging ayam memakai ayam kampung sedangkan untuk telurnya menggunakan telur bebek. “Jadi memasak hari ini dijualnya untuk besok,” katanya.
Gudeg yang diproduksi di oulet Yu Djum yang berjumlah 15 ini hanya khusus untuk Gudeg kering. Bisa bertahan hingga 2 hari lamanya. Bahkan cita rasanya semakin enak, ketika sudah lebih dari 2 hari dan dimasukkan ke dalam kulkas. “Kalau sudah lebih 2 hari, dimasukkan ke kulkas kemudian dihangatkan bisa bertambah enak,” katanya.
Pada hari biasa, menurut Badai untuk outlet yang dikelolanya bisa menjual kisaran 400 porsi. Namun akan naik hingga lebih dari 1000 porsi ketika musim liburan. Hanya dengan duit Rp 14 ribu saja, sudah dapat dinikmati kelezatan Gudeg ditambah dengan nasi dan bersanding lauk telurnya. Selamat mencicipi.
