YOGYAKARTA, KabarJogja.ID - Prof Dr Sardjito menjadi salah satu yang mendapat gelar pahlawan nasional pada 7 November 2019 lalu. Sardjito dikenal sebagai seorang ilmuwan dan juga pejuang pada masa merebut kemerdekaan.
Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Panut Mulyono mengatakan kontribusi Sardjito dalam masa merebut kemerdekaan adalah membuat formula biskuit sebagai bekal bagi pejuang untuk bertempur melawan para penjajah.
"Ia dikenal sebagai ilmuwan dan pejuang, kontribusi yang paling monumental membuat formula biskuit dari kandungan gizi dan karbohidrat tinggi sehingga bisa menambah energi pejuang saat bertempur sangat bagus," katanya dalam keterangan tertulisnya pada Minggu (10/11).
Selain membuat formula biskuit untuk makanan bagi para pejuang, Sardjito yang bergelar dokter ini juga dikenal sebagai penyelamat vaksin. Ia juga menjadi orang pertama yang menjadi Direktur Institut Pasteur. Lembaga ini memproduksi vaksin dan obat-obatan untuk tentara dan masyarakat.
Saat peristiwa Bandung Lautan Api terjadi, ia berusaha menyelamatkan vaksin cacar karena vaksin menjadi aset penting dalam revolusi fisik. Agar vaksin ini tidak dirusak, ia menorehkan vaksin cacar ke dalam tubuh kerbau.
Hewan itu pun digiring dari Bandung sampai ke Klaten. Setibanya di tujuan, kerbau disembelih, limpanya diambil, dan vaksin cacar diperoleh kembali.
Vaksin itu pun bisa menyelamatkan tentara dan masyarakat. “Beliau membawa vaksin tidak dalam bentuk botol tapi ditaruh di tubuh kerbau," katanya.
Atas anugerah yang diberikan oleh Pemerintah ini, diharapkan bisa memberikan reputasi positif bagi UGM dan memberikan semangat bagi civitas akademika beserta alumni untuk meneladani ketokohannya.
"Bisa memberikan semangat bagi civitas akademika untuk meneladani ketulusan dan keseriusan Sardjito dalam pengabdian pada bangsa dan negara," ucapnya.
Sardjito lahir 13 Agustus 1889 di Desa Purwodadi, Magetan, Jawa Timur. Setelah menyelesaikan studinya di Sekolah Rakyat ia melanjutkan ke STOVIA di Jakarta.
Berkat ketekunan dan kepandaiannya, ia lulus dengan nilai terbaik dan mendapat beasiswa studi lanjut di Leiden. Gelar doktornya diraih di Leiden tahun 1923 setelah mempertahankan disertasi dengan topik penyakit-penyakit iklim panas.
Ia pernah menjabat sebagai Kepala Institut Pasteur Bandung, Rektor UGM selama 11 tahun serta Rektor Universitas Islam Indonesia pada tahun 1964-1970. Hasil penelitian Sardjito yang cukup terkenal antara lain Calcusol yang berguna untuk menghancurkan batu ginjal.(dok)