Bantul, Kabar Jogja – Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantul, Agus Yuli Herwanta menyatakan pihaknya kedepan akan fokus pada mitigasi kebencanaan melalui pendidikan dini. Sebagai kabupaten dengan resiko bencana yang besar, kesiapsiagaan sejak dini bertujuan meminimalkan resiko.
Hal ini disampaikan Yuli usai memimpin apel pasukan memperingati Hari Kesiapsiagaan Bencana (HKB) yang ditetapkan sejak 2017 jatuh setiap 26 April di lapangan Paseban Bantul, Minggu (27/4) pagi.
“Tema nasional HKB tahun ini adalah ‘Siap Untuk Selamat; Bangun Kesiapan Sejak Dini’. Peserta apel berasal dari para relawan baik yang tergabung dalam Forum Pengurangan Resiko Bencana (FPRB) baik di desa maupun komunitas,” kata Yuli.
Bagi Yuli tema bangun kesiapan sejak dini sangat penting khususnya bagi Bantul. Dengan wilayah yang memiliki sebelas ancaman bencana, pendidikan mitigasi yang dimulai sejak ranah pendidikan tingkat dasar akan menjadi dasar tindakan sepanjang umur jika terjadi bencana.
Kesiapsiagaan sejak usia dini disebut Yuli sudah harus diajarkan mulai TK, SD, SMP hingga SMA. Dengan pelatihan rutin dan pemahaman terhadap bencana, anak-anak bisa memahami potensi bencana di wilayahnya seperti di sekolah dan tempat tinggalnya.
Demikian pula dengan individu yang bekerja, melalui pelatihan pengurangan resiko bencana mereka akan mengenali berbagai ancaman bencana di sekitar wilayah tempat tinggalnya maupun lingkungan kerja.
“Sehingga pendidikan dan pelatihan kebencanaan ini yang diajarkan sejak dini akan selamanya tertanam di alam bawah sadar mereka. Diharapkan pemahaman ini melakukan mitigasi dan evakuasi jika terjadi bencana secara efektif,” kata Yuli.
Terkait dengan sebelas ancaman bencana di Bantul, sebelumnya hanya ada Sembilan. Yuli menyatakan ancaman paling dominan adalah tanah longsor, kebakaran, kekeringan, banjir, gempa bumi, wabah penyakit, gelombang tinggi. Ditambah dua terbaru yaitu bencana likuifaksi dan kegagalan teknologi.
Setiap tahunnya beberapa wilayah, terutama di daerah perbukitan selalu mengalami bencana kebakaran, longsor dan kekeringan. Ada sebelas kecamatan yang dinilai rawan bencana. Termasuk desa-desa di pesisir selatan yang rawan tsunami dan gempa megathrust.
Dalam himbauannya, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) meminta masyarakat dan relawan memperingati HKN 2025 dengan membunyikan tanda kentongan, sirine atau lonceng secara serentak pada pukul 10.00 WIB waktu setempat.
Latihan evakuasi mandiri segera menuju tempat aman dan selamat dari bencana dengan tujuan sebagai rutinitas simbolik, tetapi juga sebagai langkah nyata dalam membudayakan kesiapsiagaan di tengah masyarakat.
Melalui gerakan serentak ini, diharapkan setiap individu dapat memahami prosedur evakuasi yang tepat, mengenali jalur evakuasi, serta mampu bertindak cepat dan tenang saat bencana terjadi. (Set)