Bantul, Kabar Jogja – Bagi Bima Sepiawan (28), Pantai Parangtritis tidak hanya soal keindahan alamnya saja, namun ada potensi besar yang perlu dikenal publik yaitu keberadaan ombak yang lebih besar dibandingkan pantai-pantai di Bali maupun Lombok.
Sebagai peselancar, Bima melihat keberadaan peselancar di kawasan Pantai Parangtritis menurut pengalamannya sangat terkendala pada upaya perbaikan bila terjadi kerusakkan. Tidak jarang, papan selancar yang mahal harganya dibiarkan mangkrak ketika ada kerusakan.
“Awal ketertarikan saya pada pembuatan dan perbaikan papan selancar berawal pada 2014 saat saya mengikuti kejuaraan nasional di Jawa Barat. Menjelang perlombaan, papan saya mengalami kerusakkan dan jika dipaksakan akan mengurangi performa,’ kata Bima saat ditemui pada Kamis (27/2) siang.
Beruntung dirinya bertemu dengan pembuat papan selancar yang siap membantu memperbaiki meski dengan anggaran terbatas. Usai kejuaraan Bima bertekad untuk menjadi pembuat dan memperbaiki papan selancar untuk membantu peselancar yang cekak kantongnya.
“Menjadi pembuat dan memperbaiki papan selancar membuat saya lebih dekat dengan dunia selancar yang minati. Ini juga upaya membantu peselancar yang mengalami masalah terkait dengan papan selancar,” kata pria yang menyenangi olahraga selancar sejak 2012 dan menjadi pengurus senior di klub ‘Surfing Dolphin Parangtritis’.
Untuk memperdalam teknik pembuatan dan perbaikan papan seluncur, Bima pada 2015 lantar merantau ke Bali dan Lombok untuk bertemu dengan peselancar profesional. Dirinya bahkan tidak menyangka, jika di Bali bertemu kembali dengan orang yang membantunya di Jawa Barat dan menerima ajakan membantu pembuatan papan selancar.
Meski harus meninggalkan komunitas peselancar di Parangtritis untuk jangka waktu yang lama, Bima berkeyakinan hanyal inilah jalan bila dirinya inginmengembangkan produksi papan surfing di Yogyakarta.
Benar saja, ketrampilan dari Bima dalam berselancar dan membuat papan selancar perlahan semakin terasah. Perlahan, Bima pun meningkatkan kemampuannya dalam berselancar dengan mendapatkan lisensi kepelatihan. Selain itu, Bima juga semakin terampil dalam memperbaiki maupun membuat papan selancar.
"Dan, setelah bekal di Bali saya rasa cukup, tahun 2022 saya pulang ke Mancingan, dan mencoba usaha perbaikan dan pembuatan papan selancar. Karena bagaimanapun saya dibesarkan disini," imbuh Bima.
Mengusung nama usaha ‘Hauw Surfboard’, Bima yang tinggal di Dusun Mancingan, Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek ini mulai berusaha membuat dan memperbaiki papan selancar. Meski awalnya tidak banyak, namun usaha ini perlahan-lahan berkembang.
“Awal-awalnya hanya memperbaiki papan selancar milik anggota klub surfing yang ada di sekitar Pantai Parangtritis, dan milik SAR Satlinmas. Namun seiring saya membuka kursus selancar, beberapa konsumen dari luar Yogyakarta mulai mengenal saya dan datan untuk perbaikan papan selancarnya,” ujar Bima.
Dengan harga pembuatan satu papan mencapai Rp3,5 sampai Rp8 juta, saat ini Bima dikenal sebagai satu-satunya pembuat dan membuka jasa perbaikan papan selancar di kawasan Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Untuk perbaikan, Bima mematok harga mulai dari Rp50.000 hingga Rp500.000, semua tergantung besar kecilnya perbaikan.
Sebagai upaya menjaga kepercayaan pelanggan, Bima bercerita untuk seluruh proses produksi pembuatan maupun jasa perbaikan dirinya mengerjakan sendiri. Hal ini agar kualitas produk yang dihasilkan sesuai keinginan konsumen.
Sebagai peselancar profesional, Bima yang telah mencicipi banyak pantai favorit peselancar di Indonesia. Pantai Parangtritis memiliki kelebihan yang tidak didapatkan di tempat lain. Menurutnya ombak di Parangtritis itu lebih besar sehingga membutuhkan keahlian dan kemahiran untuk menaklukannya.
Karena itulah melalui pemberian kursus kepada beberapa anak muda yang berminat pada selancar, Bima ingin mengenalkan Pantai Parangtritis sebagai salah satu pantai yang bisa difavoritkan sebagai langganan berselancar. (Tio)
Baca juga: