Sleman, Kabar Jogja – Berkolaborasi dengan GUSDURian, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta bersinergi membahas kelestarian dan keberlanjutan lingkungan hidup dunia.
sinergi ini diwujudkan dalam talkshow bertajuk ‘Religion of Humanity and Environment’ yang diselenggarakan Selasa (10/12) di Gedung Prof. H.M. Amin Abdullah UIN Sunan Kalijaga.
Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Noorhaidi Hasan, menyoroti urgensi kolaborasi dalam menghadapi isu lingkungan yang kian mendesak. Ia mengingatkan manusia hidup berdampingan dengan makhluk Tuhan lainnya di bumi, menikmati udara segar, air bersih, serta hasil bumi yang menjadi sumber kehidupan.
“Namun, kerusakan lingkungan seperti penggundulan hutan, eksploitasi berlebihan, dan pemanasan global telah menyebabkan bumi merana. Anomali iklim yang kita hadapi tidak lepas dari keserakahan manusia dalam mengeksploitasi alam," ungkapnnya dalam rilis, Kamis (12/12).
Noorhadi kemudian menekankan pentingnya menggali nilai-nilai dalam setiap agama yang mendukung pelestarian bumi. Disebutnya prinsip spiritualitas yang ada di semua agama mengajarkan respek terhadap alam dan komitmen untuk merawatnya.
“Agama mengajarkan kita untuk menjadi khalifah fil ardi, penjaga bumi yang bertanggung jawab," jelasnya. Ia juga menyoroti peran kegiatan ini dalam mendialogkan nilai-nilai filosofis agama untuk mendukung perdamaian dan pelestarian bumi.
Narasumber yaitu dosen Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, Suhadi Cholil, menjelaskan isu lingkungan menjadi salah satu kluster yang banyak dibahas dalam risetnya.
Diungkapnya krisis lingkungan yang dihadapi saat ini adalah fenomena baru yang merupakan konsekuensi dari peradaban modern yang mulai berkembang sekitar 300 tahun lalu, khususnya sejak era industrialisasi pada 1850.
"Peningkatan suhu bumi dan dampak dahsyat lainnya yang kita rasakan saat ini adalah hasil dari perkembangan peradaban yang tidak ramah terhadap lingkungan," jelasnya.
Menurutnya, sebagai pemeluk agama, salah satu langkah konkret yang dapat diambil adalah melakukan jihad lingkungan yang merupakan panggilan moral bagi semua lini untuk bertindak nyata menjaga alam, mengurangi kerusakan, dan berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan.
Dewan Pengarah Jaringan GUSDURian, Inayah Wahid mengungkapkan keprihatinannya terhadap dampak kerusakan bumi yang sejatinya paling dirasakan oleh manusia.
“Ketika bumi mengalami kerusakan yang merasakan penderitaan bukanlah bumi, melainkan manusia itu sendiri. Bahwasanya manusia seringkali memaksakan alam untuk tunduk tanpa menyadari bahwa alam memiliki kekuatannya sendiri. eksploitasi destruktif kerap dibungkus demi kepentingan publik,” terangnya.
Sebagai solusi, ia mendorong perubahan sudut pandang dalam menangani isu lingkungan. Menurutnya, isu ini harus dilihat secara lintas sektoral, melibatkan perspektif agama, gender, ekonomi, politik, dan sosial.
"Keberlanjutan bumi adalah keberlanjutan manusia. Sebagai khalifah fil ardi, kita memiliki tanggung jawab untuk menjaga alam tetap baik," ungkapnya.
Ia juga menekankan perlunya peran pemuka agama dalam membela lingkungan hidup, termasuk mendukung para pejuang lingkungan. Bukan justru menjadi bagian dari masalah atau mempersekusi mereka yang memperjuangkan kelestarian alam.
Koordinator KPKC Suster CB Ind dan Badan KKP PMK KWI, Suster maria, menyampaikan pentingnya peran agama dalam menjaga kemanusiaan dan lingkungan. Ia menekankan bahwa agama menuntut kesetiaan untuk mencintai bumi yang saat ini tengah mengalami kerusakan besar. (Tio)