Yogyakarta, Kabar Jogja - Komisi Pemilihan Umum (KPU) Bantul kembali menggelar debat Pilkada Serentak kedua Jumat (8/11) malam. Para calon Wakil Bupati menawarkan janji-janji program untuk memajukan dunia pendidikan. Salah satunya adalah janji menaikan pendapatan para guru honorer.
Bertema ‘Penguatan Sumber Daya Manusia Kabupaten Bantul yang Berkualitas, Berbudaya dan Inklusif Menuju Indonesia Emas 2045’. Debab malam tadi menampilkan cawabup Wahyudi Anggoro Hadi dari paslon nomor satu, Aris Suharyanta sebagai cawabup nomor urut dua, dan cawabup Rony Wijaya Indra Gunawan.
Terkait dengan tema debat, cawabup Wahyudi menyatakan dunia pendidikan akan menjadi perhatian dalam kepemimpinannya nanti dengan memberi jaminan pada kesejahteraan guru, khususnya guru-guru honorer.
“Kesejahteran guru merupakan tanggung jawab negara. Namun untuk peningkatkan kesejahteraan guru honorer, kita akan melakukan re alokasi anggaran dan membentuk rintisan kelembagaan ekonomi secara teknis,” katanya.
Dipaparkannya, nantinya re alokasi anggaran di APBD akan diubah dari yang selama ini digunakan untuk mengaji pekerja harian lepas (PHL) di Pemkab Bantul. Akan ditata ulang dan dipergunakan untuk menambah pendapatan para guru honorer.
Tidak hanya itu dengan mendorong berbagai kelembagaan milik Pemkab berorientasi pada badan layanan umum (BLU), maka akan menambah kemampuan finansial pemerintah untuk membantu kesejahteraan guru.
Cawabup Aris melihat untuk memajukan dunia pendidikan dan melahirkan generasi yang mampu mendukung terwujudnya Indonesia Emas di 2024. Jika terpilih nanti, bersama pasangannya akan bersinergi dengan pemerintah pusat dalam berbagai bidang.
“Kalau mau menciptakan generasi emas, tentu kita harus siapkan guru yang hebat dan berprestasi. Beberapa langkah yang kita lakukan tentu saja dengan memberikan gaji yang lebih baik,” terangnya.
Jika memang memungkinkan, Aris menyebut Pemkab Bantul kedepan bisa mengusulkan formasi untuk guru honorer menjadi PPK maupun ASN, sehingga dengan sendirinya aka nada peningkatan pendapatan.
Sementara, Rony Wijaya menyerukan salah satu usaha memajukan pendidikan adalah menciptakan anak didik yang berdaya saing global namun berperilaku dan berakar pada kearifan lokal.
“Caranya kita wajib memperhatikan pendidikan muatan lokal Bantul yang diajarkan di sekolah-sekolah bersanding dengan wawasan global. Pemanfaatan teknologi, peningkatan pembelajaran budaya asing dan pengembangan ekstrakurikuler berbasis budaya serta pengembangan situs budaya di Bantul,” katanya.
Langkah ini menurutnya selaras dengan program pendidikan khas kebudayaan Yogyakarta dalam pengembangan anak didik. Sehingga membuktikan pendidikan kebudayaan yang sesuai dengan sejarah keistimewaan Yogyakarta bisa dimulai dari Bantul.
KPU sendiri berencana menggelar tiga kali diskusi. Pertama pada 1 Oktober dengan menghadirkan pada calon bupati, kemudian calon wakil bupati dan terakhir pada 15 Oktober debat antar pasangan. (Tio)