-->
  • Jelajahi

    Copyright © KabarJogja.ID - Kabar Terkini Yogyakarta
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Disbud Kota Yogyakarta, Jadikan Malioboro Ruang Sastra

    07/11/24, 18:17 WIB Last Updated 2024-11-07T12:36:38Z

    Yogyakarta, Kabar Jogja – Melalui gelaran Festival Sastra Yogyakarta (FSY) 2024, Dinas Kebudayaan (Disbud) Kota Yogyakarta menjadikan kawasan Malioboro sebagai ruang baca sastra pada Selasa (6/11) malam.

    “Program yang kami namakan ‘Berkonten Sastra’, sukses mengubah Malioboro menjadi arena sastra yang meriah dan inspiratif. Pengunjung diajak membacakan karya-karya sastra Indonesia dan Jawa, memberikan sentuhan unik pada suasana Malioboro yang kaya sejarah dan budaya,”  kata Kepala Seksi Bahasa dan Sastra Disbud Kota Yogyakarta, Ismawati Retno, Kamis (7/11).

    Berkonten Sastra, berlangsung di depan Pasar Beringharjo, Titik Nol, dan area sekitar Bank Indonesia. Acara ini dipandu Sukma, seorang seniman lokal, bersama Alarik dan Dwi Lestari.

    Retno mengutarakan tujuan program ini bukan sekadar menghidupkan sastra di ruang publik, tetapi juga menjadi jembatan antara sastra dan generasi muda Yogyakarta. Peserta yang terlibat membacakan karya-karya penyair besar Indonesia seperti Aan Mansyur, Sapardi Djoko Damono, hingga Joko Pinurbo, serta geguritan (puisi Jawa) karya penyair lokal seperti Fani Ayuningtyas dan Kunthi Khusnun Insani.

     “Kami ingin Yogyakarta tetap dikenal sebagai kota yang mencintai dan merawat sastra, baik di panggung maupun dalam kehidupan sehari-hari,” ujarnya.

    Setiap peserta yang tampil juga menerima hadiah buku dan uang sebagai apresiasi. Kegiatan ini tak hanya berlangsung di Malioboro, namun dokumentasinya akan ditayangkan di media sosial FSY, Disbud Kota Yogyakarta, serta akun peserta terpilih, sehingga harapannya dapat menjangkau publik yang lebih luas.

    Sukma menuturkan Berkonten Sastra menjadi pengalaman yang mengesankan. Ia melihat bagaimana sastra bisa menghubungkan orang-orang dari berbagai latar, entah itu pelajar atau tukang becak, menjadi bukti bahwa sastra bisa hidup di hati masyarakat.

    “Malioboro benar-benar menjadi saksi bahwa Jogja masih memiliki semangat berkarya dan berpuisi,” katanya.

    Di awal acara Sukma melihat kebanyakan warga ragu, mungkin karena belum terbiasa membacakan puisi di ruang publik. Namun, dengan sedikit dorongan, mereka berhasil menyampaikan puisi dengan ekspresi yang menyentuh. (Tio)
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    close