“Masalah sampah ini tidak bisa dibiarkan lebih lama lagi. Bantul saat ini berada dalam krisis. Pemerintah belum mampu menyelesaikan masalah sampah di hilir, dan warga yang frustasi mulai membuang sampah di pinggir jalan,” kata Wahyudi pada Minggu (6/10).
Banyaknya aksi membuang sampah mengakibatkan muncul tumpukan sampah liar tersebar di hampir setiap sudut jalan. Ini sangat mengganggu pemandangan dan menjadi potensi bahaya kesehatan bagi masyarakat.
Karenanya ‘Gerakan Sapu-Sapu’ merupakan insiatif untuk mengatasi masalah sampah liar yang semakin mengkhawatirkan di Bantul. Pasangan Untoro-Wahyudi akan bersama=sama tim Relawan Sapu Lidi, yang secara sukarela turun tangan membersihkan sampah liar di berbagai lokasi.
Wahyudi memaparkan, Gerakan Sapu-Sapu ini menargetkan semua titik penumpukan sampah liar di seluruh Bantul. Relawan Sapu Lidi, yang terdiri dari aktivis lingkungan, berkomitmen untuk membersihkan Bantul dari tumpukan sampah yang selama ini diabaikan oleh pemerintah setempat.
“Kami menyadari betapa seriusnya dampak dari sampah liar ini. Karenanya kami merencanakan gerakan setiap hari, di mana di setiap titik pembuangan sampah liar akan disediakan menyediakan tempat sampah sementara untuk mengurangi pembuangan liar sembarangan,” lanjut Wahyudi.
Nantinya sampah-sampah akan diangkut dan dibawa ke pusat pengolahan sampah di Desa Panggungharjo.
Dipaparkan Wahyudi tujuan utama gerakan ini adalah untuk memberikan solusi nyata bagi krisis sampah di Bantul. Ini merupakan cara langsung mengatasi akar masalah di masyarakat, serta menciptakan kesadaran dan perubahan perilaku yang lebih baik terkait manajemen sampah.
“Kami sangat berharap langkah ini akan menjadi awal dari gerakan besar yang melibatkan seluruh elemen masyarakat untuk bersama-sama menjaga kebersihan lingkungan,” tegasnya.
Gerakan Sapu-Sapu ini juga diharapkan bisa menjadi inspirasi bagi pemerintah daerah untuk lebih serius dalam menangani masalah sampah. Sehingga Bantul bisa menjadi kabupaten yang bersih dan nyaman bagi semua warganya. (Tio)
