Yogyakarta, Kabar Jogja – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Yogyakarta memastikan kesiapan 23 Early Warning System (EWS) yang terpasang di berbagai titik sungai menjelang datangnya musim penghujan. Beberapa pos pemantau ketinggian debit air sungai juga diminta siaga.
Kesiapan 23 EWS ini terungkap dari simulasi alat peringatan dini banjir atau EWS yang berlangsung di Ruang Pusdalops PB serta berbagai titik pemasangan EWS.
Kepala Bidang Pencegahan Kesiapsiagaan dan Data Informasi Komunikasi Kebencanaan BPBD Kota Yogyakarta Aki Lukman Nor Hakim, simulasi ini memang dirancang dilaksanakan jajarannya untuk memastikan semua EWS terpasang berfungsi.
Lima titik bantaran terpasang EWS yang dipantau di simulasi ini yaitu Sungai Buntung titik EWS di Karangwaru Lor, Sungai Winongo titik EWS di Ketanggungan, Sungai Code titik EWS di Ledok Macanan, Sungai Belik titik EWS di Klitren Lor, dan Sungai Gajah Wong titik EWS di Prenggan.
“Kami telah memasang EWS di 23 titik sungai yang tersebar di Kota Yogya. 20 EWS ini terdiri dari 17 EWS manual dan 6 EWS otomatis. Dan dari 6 EWS otomatis ada tiga yang baru terpasang di Sungai Belik dan Sungai Buntung,” ujar Aki pada Rabu (9/10).
Dipaparkan EWS yang terpasang ada dua jenis, EWS otomatis dan manual. EWS otomatis langsung berbunyi ketika ketinggian air sungai mencapai batas yang telah ditentukan, yaitu indikator merah (awas). EWS manual bekerja melalui pemantauan langsung oleh petugas BPBD Kota Yogyakarta.
Tak hanya kesiapan EWS, simulasi ini juga untuk mengetahui kesiapan pos pemantau ketinggian air di sungai yang ada di Kota Yogyakarta. Pos pemantau itu berlokasi di Ngentak, Sinduharjo, Sleman yang menjadi ujung tombak antisipasi potensi bahaya akibat curah hujan yang tinggi.
“Kita punya pos di Terban, Sungai Code. Jadi, kalau di pos terjadi peningkatan debit bisa dipantau, alirannya seberapa lama sampai sungai Code. Kalau ketinggian air sungai mencapai indikator merah maka petugas di Pusdalops akan memberi sinyal kepada warga. Dengan begitu, masyarakat pun dapat mempersiapkan,” lanjut Aki.
BPBD Kota Yogyakarta juga bersiap membentuk Forum Pengurangan Resiko Bencana (FPRB) dan pengaktifan lagi Kampung Tangguh Bencana (KTB) yang telah dibentuk di wilayah rawan bencana.
"Kolaborasi lintas sektor dan multi pihak ini penting untuk menciptakan koordinasi yang efektif dalam penanggulangan bencana,” Kepala Pelaksana BPBD Kota Yogyakarta, Nur Hidayat.
Kedua program ini digagas dengan tujuan mengajak dan memberdayakan masyarakat dalam menghadapi bencana atau peningkatan kesiapsiagaan di wilayahnya. (Tio)