Yogyakarta, Kabar Jogja – Ajang dua tahunan Festival Pencak Silat Malioboro kembali digelar pada Oktober ini. Bertajuk ‘Pencak Wisata Budaya 4’, puncak acara dipusatkan di Titik Nol Kota Yogyakarta lewat parade ribuan pesilat selama empat jam.
Mewakili Paseduluran Angkringan Silat, Yosi menyebut agenda rutin dua tahunan ini sudah diselenggarakan sejak 2012 dengan tujuan mempromosikan dan melestarikan pencak silat sebagai budaya tak benda Indonesia yang diakui dunia.
“Kami terus berharap, ajang rutin ini mampu membangkitkan, melestarikan, dan mempopulerkan pencak silat sebagai warisan budaya bangsa Indonesia yang luar biasa. Rangkaian acara sendiri akan dimulai 24-26 Oktober,” katanya Rabu (23/10).
Berbeda dengan sebelumnya, di tahun ini panitia secara khusus mengundang berbagai mahasiswa mancanegara yang berkuliah di DIY dan berminat pada pencak silat untuk terlibat di dalamnya. Melalui program ‘Pencak Wisata Budaya 4’, para tamu mancanegara ini akan diajak untuk mengikuti camp budaya selama tiga hari dua malam di Turi, Sleman.
Mereka akan diperkenalkan dengan berbagai aliran Pencak Silat dari seluruh Indonesia dan juga budaya Yogyakarta seperti Jemparingan Mataraman, pembuatan keris, pembuatan batik, dan lainnya.
Kemudian disusul berbagai kegiatan seperti lomba koreografi pencak anak dengan peserta dari berbagai tim perguruan atau aliran pencak silat. Juri lomba ini melibatkan praktisi pencak silat, praktisi tari profesional, sutradara teater, dan dosen seni.
“Lomba ini memperebutkan Piala Sri Paduka KGPAA Paku Alam X dan dilaksanakan di Taman Pintar,” jelas Yosi.
Di Taman Pintar juga menjadi lokasi kegiatan lainnya selama tiga hari seperti workshop pencak silat, bazaar dan mewarnai gambar pencak silat. Puncaknya di Sabtu (26/10) malam pukul 18.30 WIB, dimana ribuan peserta dari 60 perguruan akan berparade di Titik Nol.
Anggota Paseduluran Angkringan Silat, Antok Sugiato menyebut parade selama empat jam ini menjadi sarana promosi bagi berbagai perguruan dan aliran pencak silat kepada masyarakat umum.
“Sekaligus media edukasi tentang betapa pencak silat adalah warisan budaya yang perlu dihargai, bukan sekadar permainan atau cabang olahraga semata,” terangnya.
Mendapatkan dukungan dari Dana Keistimewaan (Danais), Pencak Wisata Budaya 4 2024, diharapkan mampu menjadi media yang merangkul seluruh elemen pencak silat tradisional. Baik aliran, perguruan, maupun pemerhati agar bersama-sama melestarikan warisan budaya dan menjadikan pencak silat tradisional sebagai tuan rumah di negeri sendiri.
Bidang Pemeliharaan dan Pengembangan Warisan Budaya Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan ) DIY, Dwi Agung Hernanto menyatakan dukungan Danais untuk Pencak Wisata Budaya 4 tak lain adalah upaya Pemda DIY berperan dalam menjaga dan mempromosikan pencak silat. (Tio)