Sleman, Kabar Jogja - Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) meminta seluruh pihak mulai dari pendidikan, pemerintah, maupun orang tua mengajak anak-anak penyandang disabilitas untuk berolahraga.
Salah satu tantangan terbesar dalam membiasakan berolahraga pada anak penyandang disabilitas adalah orangtua yang kadang masih malu mengakui keberadaan anaknya sebagai penyandang disabilitas.
Hal ini mengemuka dalam seminar "Tantangan Membangun Kebiasaan Berolahraga pada Anak Penyandang Disabilitas’, Selasa (15/10) yang diselenggarakan Deputi Olahraga Penyandang Disabilitas Kemenpora.
Salam sambutannya, Asisten Deputi Olahraga Penyandang Disabilitas Kemenpora, Ibnu Hasan, menyebut seminar ini untuk menginformasikan penyandang disabilitas berhak mendapatkan perlakukan, kesetaraan yang sama.
Salah satunya melalui berolahraga yang terbukti meningkatkan rasa percaya diri, kesehatan, kebugaran, dan prestasi.
“Tidak boleh lagi ada stigma negatif terhadap para penyandang disabilitas, termasuk kesempatan berolahraga. Kami mengajak semua pihak mendukung anak-anak penyandang disabilitas aktif bergerak dan mengembangkan potensi mereka melalui olahraga,” papar Ibnu.
Dari seminar ini, masyarakat diharap mampu mengidentifikasi tantangan yang dihadapi oleh orang tua, guru, dan lingkungan terdekat dalam mengajarkan kebiasaan olahraga kepada anak penyandang disabilitas.
Selain itu juga untuk memberikan pemahaman dan wawasan mengenai pentingnya olahraga bagi anak penyandang disabilitas.
Materi yang disampaikan juga menyediakan solusi praktis yang dapat diterapkan dalam membangun kebiasaan olahraga pada anak-anak penyandang disabilitas.
"Harapannya ini dapat menginspirasi dan mendorong kerjasama antara pemerintah, lembaga pendidikan, media, serta masyarakat dalam mendukung kegiatan olahraga pada anak penyandang disabilitas," ungkapnya.
Narasumber Dosen Departemen Pendidikan Kepelatihan Olahraga Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Kesehatan (FIKK) UNY Rumpis Agus Sudarko menyatakan dengan membiasakan anak-anak penyandang disabilitas berolahraga ada beberapa manfaatan yang bisa diperoleh.
“Berolahraga rutin, menjadikan tubuh mereka segar dan meningkatkan konsumsi akan bahan makanan bergizi karena terkuras tenaganya,” terang Rumpis.
Kemudian ada manfaatan sosial, dimana dengan berolahraga di tempat umum dan bertemu banyak orang. Anak-anak penyandang disabilitas ini memahami akan posisi penting dirinya dan menjadikan orang lain tahu keberadannya. Ini akan menumbuhkan kepercayaan diri mereka.
Tak hanya itu, melalui olahraga, maka stigma negatif pada yang kerap dialami anak-anak penyandang disabilitas akan berkurang. Dengan dikenal dan mengenal banyak orang, maka perundungan terhadap mereka tidak terjadi.
“Olahraga memperkecil gangguan fisik. Terlebih lagi kalau dia berprestasi, tidak hanya akan semakin dikenal. Namun juga memberikan manfaat ekonomi yang mendukung kemandirian mereka di masa depan,” lanjut Rumpis. (Tio)