Bantul, Kabar Jogja – Dinas Pariwisata (Dispar) Bantul bakal mengubah kawasan pesisir selatan dengan konsep yang berbeda. Pantai di pesisir timur Jembatan Kretek akan dijadikan kawasan premium, sedangkan sisi barat berkonsep modern.
Hal ini diungkapkan Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata Dispar Bantul, Yuli Hernadi usai berdiskusi dengan wartawan saat berkunjung ke Pengklik Samas, Rabu (24/7).
“Pengembangan ini diperlukan untuk menjadi daya tarik bagi kawasan pesisir selatan pasca dibukanya Jembatan Srandakan 3 dan Kelok 18. Kita tidak ingin Bantul yang menjadi penghubung antara Kulonprogo dan Gunungkidul hanya dilirik wisatawan tapi tidak mampir,” katanya.
Menurutnya, untuk kawasan pantai pesisir sebelah timur mulai Pantai Pelangi sampai Tall Wolu kedepannya akan dijadikan kawasan wisata premium, dengan cara menghidupkan kembali gumuk pasir.
Perlu diketahui, gumuk pasir di kawasan selatan tepatnya di barat Pantai Parangtritis merupakan satu dari dua jenis gumuk pasir Barchan. Saat ini luasan gumuk pasir yang totalnya 137 hektar tinggal 17 hektar karena sudah dijadikan lahan pertanian atau pemukiman.
“Dulu memang penanaman pohon kita galakkan untuk mengurangi dampak abrasi, namun ini malah mematikan ‘lorong angin’ yang selama menghidupi gumuk pasir,” ungkapnya.
Proses pembersihan kawasan gumuk pasir sendiri akan dilakukan tahun depan dan nantinya kawasan ini akan menjadi wisata premium dimana akan ada pembatasan pengunjung dan dilarang digunakan untuk aktifitas apapun.
Sedangkan untuk kawasan mulai dari Pantai Samas sampai Pantai Pandansimo, Dispar tengah menyusun konsep pariwisata modern. Dimana nantinya akan ada banyak kegiatan atau even-even yang menarik wisatawan.
“Kita juga akan menghadirkan gerbang besar yang bercirikan khas Yogyakarta melalui Dana Keistimewaan. Pengembangan ini dilakukan agar kawasan tidak muncul ketimpangan,” ucap Yuli.
Melihat perencanaan dari Dispar Bantul, anggota Komisi B DPRD DIY Suwardi sangat berharap pemerintah nantinya tetap melibatkan masyarakat dalam pengembangan kawasan wisata.
“Jangan tergesa-gesa melakukan perubahan. Dibicarakan dan dikonsepkan dengan baik agar tidak mati muda. Banyak objek wisata yang dihadirkan ujug-ujug, malah cepat mati,” pintanya.
Dirinya berharap Dispar Bantul mencontoh pengelolaan kawasan hutan Mangunan, Dlingo yang menjadi kawasan wisata khusus yang maju karena mampu menghadirkan keberpihakan pada masyarakat maupun pamong desanya. (Tio)