Yogyakarta, Kabar Jogja – Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) bersama dengan Pemkab Boyolali, Jawa Tengah tengah mendorong pembudidayan kedelai pada kalangan petani di lima kecamatan.
Mencangkup lahan seluas 165 hektar, vairetas kedelai yang ditanam adalah hasil penelitian UGM bernama Smart Agro Enterprise Kedelai (Saekedelai).
“Gerakan ini bertujuan meningkatkan kembali produktivitas dan kualitas hasil panen kedelai. Varietas Saekedelai ditanam di Kecamatan Wonosegoro, Wono Samudro, Kemusu, Andong dan Sambi,” kata Tenaga Ahli Tim Kelompok Kerja Kedelai Nasional, Atris Suyantohadi dalam rilis Sabtu (20/7).
Sinergitas pentahelix antara UGM, Pemkab Boyolali, dan Offtaker Industri ini diwujudkan dalam kegiatan sosialisasi, pembinaan dan pendampingan kegiatan budidaya kedelai dengan acuan standar budidaya kedelai.
Kemudian terdapat penggunaan teknologi smart dan mekanisasi untuk menunjang intensifikasi serta efisiensi sejak persiapan lahan hingga akhir hasil panen petani.
Atris optimis program kedepan dapat meningkatkan kualitas dan produktivitas kedelai secara nasional. Pasalnya Iptek Saekedelai disusun sebagai salah satu platform teknologi yang lengkap guna menunjang budidaya kedelai sesuai kebutuhan industri, meningkatkan hasil panen dan keuntungan petani.
“Sistem Saekedelai dikembangkan untuk memenuhi produksi kedelai nasional yang dibutuhkan. Dimana saat ini masyarakat semakin tergantung pada impor kedelai yang telah mencapai 90 lebih dan bernilai Rp16 triliun lebih,” jelasnya.
Kepala Dinas Pertanian Boyolali, Joko Suhartono memaparkan data dipihaknya menggambarkan luasan area penanaman kedelai menurun drastis. Dari luasan sebelumnya mencapai 3.600 hektar, akhir 2023 tercatat hanya 730 hektar.
Salah satu faktor utama penyusutan lahan tanam kedelai, karena petani Boyolali dari tahun ke tahun tidak mendapatkan keuntungan sehingga semakin ditinggalkan.
“Kami ingin meningkatkan budidaya kedelai di petani dengan melalui program pentahelix program Merdeka Belajar. Dimana budidaya kedelai di Boyolali dikerjakan secara komprehensif dan berkelanjutan sehingga membawa harapan ke petani,” paparnya.
Dengan melibatkan petani di lahan-lahan produktif, nantinya kerjasama ini tidak hanya sekedar memberikan pendampingan semata saat penanaman. Namun pendampingan diberikan dari awal hingga akhir panen. Monitoring dan penerapan menerapkan teknologi dalam meningkatkan hasil pertaniannya terus diperhatikan.
“Kita optimis, ini pertama kali dilakukan di Indonesia, dan Boyolali akan disiapkan sebagai salah satu daerah sentra unggulan kedelai atau istilahnya center of excellent kedelai,” pungkasnya.(Tio)