-->
  • Jelajahi

    Copyright © KabarJogja.ID - Kabar Terkini Yogyakarta
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Berawal Dari Modal Rp2 Juta, Ahmat Jadikan Limbah Jati Bernilai Tinggi

    29/07/24, 19:19 WIB Last Updated 2024-07-29T12:19:42Z

    Bantul, Kabar Jogja – Menjadikan lahan tak terpakai di pinggir anak Sungai Winongo sebagai tempat produksi, Ahmat menggunakan berbagai limbah dari perusahaan mebel dan akar kayu Jati berkualitas tinggi menjadi berbagai bahan kerajinan yang bernilai tinggi.


    Fokus pada pembuatan peralatan makan (table manner), produk kerajinan kayu Rubycraft yang hadir sejak 2019 silam mampu menembus pasar nasional dan luar negeri.


    Berkunjung ke tempat produksinya di RT 17 RW 23, Dusun Babadan, Desa Banguntapan, Kecamatan Banguntapan, Bantul. Ahmat (32) mengaku sebelum memulai usaha ini dirinya hanyalah seorang supervisor di toko oleh-oleh di Bandara Adi Sutjipto yang masih ramai kala itu.


    “Saya melihat peluang kerajinan berbahan kayu banyak dicari. Terlebih lagi di lingkungan dulu banyak ranting-ranting pohon yang kemudian dijadikan bahan bakar pabrik pembuatan tahu,” katanya, Senin (29/7).


    Awalnya mencoba-coba dan belajar otodidak, Ahmat menjadikan garasi rumahnya sebagai tempat produksi awal usahanya. Belajar otodidak, Ahmat yang merupakan lulusan Fakultas Manajemen Universitas Pembangunan Nasional ‘Veteran’ Yogyakarta menjadikan kayu-kayu tak terpakai tersebut menjadi mangkok, piring, sendok, garpu dan berbagai peralatan makan.


    Dengan modal Rp2 juta dari tabungan kerja di toko oleh-oleh, putra Rubianti ini nekat keluar dan membesarkan Rubycraft. Ingin menjadikan produknya berbeda dengan pesaing, Ahmat menjadikan kayu Jati terbaik atau grade A yang berasal dari Perhutani sebagai bahan baku utamanya.


    “Produk saya harus berbeda untuk menghindari persaingan harga. Dengan menggunakan Kayu Jati berkualitas A, produk saya memiliki keunikan yaitu warna coklatnya lebih tua dan tahan lama. Berbeda dengan produk serupa yang menggunakan Kayu Jati Emas,” jelasnya.


    Sehingga untuk mendapatkan bahan baku berkualitas satu, Ahmat berburu hingga ke Blora, Jawa Tengah hingga Tuban, Jawa Timur. Selain mendapatkan langsung dari Perhutani berupa bagian akar pohon Jati, Ahmat berburu ke berbagai perusahaan mebel untuk mengangkut limbahnya.


    Menurutnya jika pemesanan tengah ramai atau melayani permintaan ekspor, Ia mengaku bisa mendatangkan limbah Kayu Jati dari Jawa Tengah dan Jawa Timur satu truk sebulan. Jika kondisi sepi, dua sampai tiga bulan sekali pesan satu truk.


    Untuk produknya, Ahmat mengaku menjual di pasaran mulai dari harga Rp5.000 per biji hingga Rp250 ribu untuk produk yang terbaik. Masih mengerjakan berbagai produk peralatan makan, Rubycraft tengah membidik pasar aksesoris rumah seperti vas bunga, jam dinding maupun meja dari kayu.


    “Saya juga menghadirkan mesin bubut 3D untuk menghasilkan motif beragam dan presisi pada produknya. Saat ini saya tengah membidik pasar negara-negara ASIA sebagai pengganti pasar Amerika dan Eropa yang tengah lesu,” katanya.


    Tidak ingin melupakan pasar yang membesarkannya, Ahmat menyatakan tetap melayani permintaan toko oleh-oleh di Yogyakarta. Dirinya juga memberdayakan pemuda serta ibu-ibu rumah tangga bekerja di usahanya. Tercatat saat ini terdapat 25 pekerja untuk produksi harian.


    Dirinya mengaku dengan memindahkan tempat produksi ke lahan yang disewa di pinggir anakan Sungai Winongo, dirinya bebas berkreasi untuk memenuhi produksi dan tidak mengganggu tetangga sekitar rumahnya.


    “Setiap bulannya saya targetkan memproduksi 10 ribu unit berbagai produk kerajinan dari kayu. Saya anggap ini berkah, karena memang nama usaha saya ambil dari nama ibu, Rubianti,” tutupnya. (Tio)

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    close