Yogyakarta, Kabar Jogja – Taman Budaya Yogyakarta (TBY) tahun ini menjadikan almarhum Bondan Nusantara, tokoh ketoprak Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai maestro yang karyanya dipentaskan di agenda ‘Gelar Karya Maestro 2024’.
Pertunjukkan pada Selasa (11/6) malam menampilkan naskah Bondan berjudul ‘Rembulan Wungu’.
Bondan Nusantara yang meninggal 20 April 2022 merupakan sosok penting dalam perkembangan ketoprak di Yogyakarta dan sekitarnya. Peran penting Bondan terlihat karena mampu menarik generasi muda terlibat dalam pentas teater tradisional Jawa ini.
Salah satu rekan almarhum, Bambang Paningron Astiaji, menyebut nama Bondan Nusantara tidak bisa dilepaskan dari perkembangan seni ketoprak yang digelutinya hingga akhirnya hayatnya di usia 70 tahun.
“Sebuah kewajaran, mengingat sepanjang usia beliau memajukan ketoprak, memberikan penghargaan dalam wujud pergelaran tribute to Bondan Nusantara. Saya kira penghargaan ini belum cukup jika melihat keseluruhan perjalanan dan perjuangan panjang mas Bonda,” katanya Jumat (7/6) di TBY.
Tak hanya mengembangkan seni ketoprak yang lebih menarik anak-anak muda di Yogyakarta, almarhum Bondan juga memajukan seni yang sama di Klaten, Solo dan sekitarnya.
Atas peran ini, Bondan kemudian mendapatkan apresiasi dari Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X sebagai tokoh penting pengembangan seni budaya ketoprak pada 2009. Bahkan pada 2014, Bondan menerima penghargaan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Penghargaan inilah yang kemudian menjadikan Bondan terpilih sebagai tokoh penting dalam Tim Pengembangan Ketoprak (TPK) DIY yang masa tugasnya berakhir pada 2024 lalu.
“Perjuangan mas Bondan akhirnya menghasilkan banyaknya generasi muda yang sekarang tertarik bermain ketoprak. Saat ini butuh berapa pemain untuk pentas kethoprak mampu terpenuhi,” kata Bambang.
Dalam gelaran Selasa malam, naskah Rembulan Wungu ini merupakan salah satu naskah klasik yang ditulis Bondan. Bondan sendiri telah menuliskan lebih dari 150 naskah dan penyutradaraan ketoprak lebih dari 500 pementasan.
Sutradara sekaligus murid Bondan, Tejo Suyanto, menyebut pentas tribute to Bondan nantinya akan melibatkan para pemain dari tiga generasi yaitu pemain sepuh, usia menengah dan anak-anak muda hasil didikan almarhum.
“Ini merupakan pengalaman berharga dan perwujudan pesan almarhum. Pak Bondan pernah berpesan, aku oleh mati tapi ketoprak jangan,” ujarnya.
Dirinya yang mengaku dekat dengan almarhum mengaku terkesan dengan perjuangan dalam upaya mendekatkan ketoprak kepada anak-anak muda. Bagaimana beliau mengubah pakem ketoprak ke arah yang lekat dengan gaya-gaya anak muda agar kesenian ini tidak ketinggalan jaman.
Tak hanya pementasan naskah, Selasa malam nanti juga dipamerkan beberapa barang memorial peninggalan Bondan Nusantara.
Kepala Seksi Penyajian dan Pengembangan Seni Budaya Taman Budaya Yogyakarta, Padmono Anggoro Prasetyo, menyebut pementasan ini merupakan wujud kepedulian Pemda DIY melalui TBY mengapresiasi karya maestro seni budaya.
“Harapannya, agenda ini memberi motivasi pada seluruh seniman dan budayawan DIY untuk berjuang seperti halnya almarhum,” jelasnya.
Gelar Karya Maestro merupakan upaya mengangkat kembali karya sang maestro dengan mempertunjukkan kembali kepada masyarakat untuk mendapatkan spirit serta apresiasi karya sang maestro. Sehingga tidak hanya mengenang namun karya dan gagasan maestro bisa tetap hidup dan berguna pada generasi selanjutnya. (Tio)