Kabar Jogja – Pemda Daerah Istimewa Yogyakarta resmi menutup Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Regional Piyungan sejak hari ini, Selasa (5/3). Langkah ini dibarengi dengan kebijakan desentralisasi pengelolaan sampah mandiri oleh Kabupaten/Kota.
Sekretaris Daerah Pemda DIY, Beny Suharsono menyatakan desentralisasi pengelolaan sampah oleh Kabupaten/Kota akan mampu menumbuhkan pandangan sampah bukan lagi sebagai persoalan limbah belaka, namun sumber daya yang bernilai ekonomi.
“Persoalan sampah di Yogyakarta, menggunung sebentar menggegerkan nasional. Saat ini penanganan sampah tidak lagi berkonsep mengumpulkan, diangkut lalu dibuang ke TPS. Penanganan sampah harus dimulai dari hulu hingga hilir,” jelasnya.
Desentralisasi dinilai lebih efektif dibandingkan pengelolaan sistem kumpul urug (landfill) yang memerlukan jangka waktu lama dan berbiaya besar. Pemerintah Kabupaten/Kota diminta mengedukasi sumber sampah untuk mengurangi, memilih dan memilah sampah.
“Komitmen Sleman. Kota Yogyakarta, dan Bantul mensukseskan desentralisasi sampah harus didukung bersama,” jelasnya.
TPA Regional Piyungan seluas 10 hektar dan sudah beroperasi sejak 1996 saat ini sudah ditata menjadi zona pasif. Gunungan sampah ditutup rapat yang nantinya disebut Beny akan digunakan sebagai bahan bakar pengganti batubara.
Pemda DIY juga berencana menjadikan TPA Regional Piyungan untuk ruang terbuka hijau.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Yogyakarta, Kusno Wibowo, menjelaskan usai penutupan TPA Regional pihaknya menargetkan penutupan area transisi seiring optimalnya desentralisasi pengelolaan sampah mandiri di Kabupaten/Kota.
Area transisi seluas dua hektar di TPST Piyungan masih bisa dimanfaatkan Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta, dan Kabupaten Bantul untuk pembuangan sampah maksimal 370 ton per hari.
“Jadi di akhir April atau awal Mei (area transisi) sudah ditutup penuh 100 persen. Ini seiring waktu teman-teman di Kabupaten/Kota sudah bisa mengurangi kuota yang diberikan,” jelasnya.
Kusno memastikan jika target penutupan area transisi tersebut tidak tercapai, pihaknya akan kembali berdiskusi dengan Kabupaten/kota mengenai scenario-skenario yang akan ditempuh.
Sekda Kota Yogyakarta, Aman Yuriadijaya menyebut dengan potensi timbunan sampah yang mencapai 300 ton per hari, pihaknya mampu mengelola hampir 50 persennya lewat keberadaan 666 bank sampah.
“Sisanya akan kita kelola di tingkat hilir dengan pengoperasionalnya empat TPS 3R yang tersebar di Nitikan, Karangmiri, di Sentolo Kulonprogo dan satu tempat yang tengah disiapkan,” jelasnya.
Sekda Bantul Agus Budi Raharja pihaknya berkomitmen mengelola sampah yang mencapai 95 ton per hari melalui dua TPS 3R di Kecamatan Banguntapan dan Argodadi berkapasitas 40 ton yang ditargetkan beroperasi September nanti.
“Kemudian masih ada TPS 3R di Desa Guwosari dan Desa Karangtengah berkapasitas 2 ton. Kita juga memaksimalkan pengelolaan sampah mandiri dengan membangun TPS berkapasitas 40 ton di Bawuran, Pleret yang ditargetkan beroperasi tahun depan,” katanya.
Sleman memastikan pengelolaan 576 sampah yang diproduksi per hari akan melibatkan 34 TPS 3R dimana empat diantaranya sudah mendapatkan bantuan peningkatan operasional sehingga mampu kelola 40 ton sampah per hari.
Usai membangun TPS di Sleman sisi timur berkapasitas 50 ton per hari. Tahun ini ditargetkan TPS di Sleman tengah dan barat akan beroperasi dengan total kapasitas 88 ton per hari. (Tio)