Bantul, Kabar Jogja – Berawal rerasan atas persoalan sampah di lingkungannya, bank sampah yang dikelola ibu-ibu Dusun Besole, Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan, Bantul dilirik Pertamina dalam program pemberdayaan masyarakat.
Bank Sampah Amanah, yang baru didirikan pada Januari 2023 mendapatkan pelatihan dan hibah peralatan untuk pembuatan briket berbahan baku limbah nabati yang berhasil dikumpulkan.
Berkunjung Selasa (7/11), 15 ibu-ibu dari total 25 anggota Bank Sampah Amanah tengah bergelut membuat arang dari limbah batok kelapa yang dimasukkan dalam mesin pembakar.
Tangan dan wajah mereka penuh dengan jelaga hitam akibat proses pengambilan arang.
“Semua berawal dari keprihatinan kami terhadap berserakannya sampah, khususnya plastik yang mengganggu pemandangan. Dari sana, kami bergerak membentuk bank sampah Amanah dengan tujuan awal mengajak masyarakat untuk memilah dan mengumpulkannya ke kami,” kata Warsinah yang menjabat sebagai Bendahara I.
Sempat bingung dengan apa yang pertama-tama dikerjakan. Namun berkat bimbingan dari salah warganya yang berprofesi sebagai guru, Kuswan Gunarjo. Satu-persatu program yang disusun berjalan sesuai harapan.
Meski tidak menyeluruh, namun banyak warga yang memiliki kesadaran untuk memilah sampah di rumahnya dan sampah yang bisa didaur ulang diserahkan ke Bank Sampah Amanah yang menempati rumah kosong.
Berjalan hingga September, kerja keras dan konsistensi ibu-ibu Besole akhirnya mendapatkan mendapatkan perhatian dari Pertamina. Dimana saat itu, Pertamina tengah mencari bank sampah yang bisa mengelola limbah kulit kacang koro yang dihasilkan salah satu UMKM Binaan di Desa Poncosari.
“Awal Oktober lalu, kami mendapatkan pelatihan dari Pertamina untuk pembuatan briket dari limbah kacang koro. Namun karena limbah kacang koro belum tersedia, kami saat ini menggunakan limbah batok kelapa muda yang mudah didapatkan,” katanya.
Dalam prosesnya, Warsinah menyatakan dibutuhkan waktu hampir satu jam untuk membakar 50 Kg batok kelapa muda menjadi arang dengan suhu hingga 600 derajat. Setelah itu, arang kemudian digiling menjadi bubuk dan dicampur perekat untuk dibentuk menjadi briket sebanyak 10 Kg.
Dengan pekerja sebanyak tiga orang per hari, rata-rata Bank Sampah Amanah mampu menghasilkan briket sebanyak 25-30 Kg briket dan dipatok seharga Rp16-20 ribu per kg ke warga sekitar.
“Saat ini kami mengalami kendala dalam proses pencetakan briket karena mesinnya rusak. Jadi kami berharap ada pihak-pihak yang bersedia membantu memperbaiki,” jelasnya.
Pendamping Bank Sampah Amanah, Kuswan Gunarjo mengapresiasi apa yang sudah dilakukan ibu-ibu Dusun Besole. Kemandirian mereka dalam mengelola sampah yang mengotori lingkungan serta mendapatkan apresiasi dari Pertamina patut dihargai.
“Kami tidak pernah mengajukan apapun ke Pertamina. Artinya ada potensi besar yang bisa dikembangkan dari mereka untuk lebih maju ke depan.Usai pelatihan ini, kami tengah menunggu pembicaraan dengan Pertamina,” jelasnya.
Menurutnya selain memberikan pelatihan, Pertamina juga menjanjikan akan membantu dalam ketersediaan bahan baku pembuatan briket berupa limbah kacang koro. Tak hanya itu, produk briket yang dihasilkan akan dibantu dipasarkan ke berbagai mitra kerja Pertamina. (Tio)