Yogyakarta, Kabar Jogja - Komisi A DPRD Daerah Istimewa Yogyakarta kembali menyelenggarakan kunjungan kebangsaan ke Museum Perumusan Naskah Proklamasi di Jakarta. Ini merupakan awal pembacaan proklamasi yang menjadi sejarah besar bangsa Indonesia.
Dipimpin Ketua Komisi A Eko Suwanto, kunjungan kebangsaan bersama wartawan ini dilangsungkan Selasa (31/10).
“Lewat kunjungan ke museum perjuangan bangsa, yang ada di berbagai daerah. Salah satunya Museum Sejarah Perumusan Proklamasi 17 Agustus 1945, di Jl Imam Bonjol. Kita memahami bagaimana para pendiri bangsa merumuskan Proklamasi dengan adanya beragam perbedaan, beda asal daerah,” kata Eko.
Museum seluas 3.914 meter persegi dan luas bangunan 1.138 meter persegi ini menyimpan sejarah panjang perumusan naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 1945. Museum ini memiliki empat ruangan.
Ruangan pertama merupakan ruang yang menjadi tempat peristiwa bersejarah pertama dalam persiapan naskah Proklamasi Indonesia. Ruangan itu dijadikan sebagai ruang tamu sekaligus kantor oleh Maeda.
Di ruangan itulah Soekarno, Hatta dan Ahmad Soebardjo diterima langsung oleh Laksamana Tadashi Maeda. Selanjutnya, ruangan kedua merupakan tempat dimana dirumuskannya naskah Proklamasi.
Di meja bundar ini, Soekarno, Hatta dan Ahmad Soebardjo berdiskusi dalam merumuskan naskah Proklamasi. Di ruangan ini pula, teks proklamasi yang asli ditulis tangan oleh Soekarno dengan judul Proklamasi.
Ruang ketiga merupakan tempat dimana Sayuti Melik mengetikkan naskah Proklamasi didampingi B.M. Diah. Di dekat ruangan, terdapat piano yang menjadi tempat penandatanganan naskah Proklamasi Indonesia.
Ruangan terakhir atau ruang pengesahan merupakan tempat disetujuinya konsep naskah Proklamasi oleh seluruh tokoh yang hadir. Naskah tersebut ditandatangani oleh Soekarno-Hatta.
Eko menyatakan di museum ini banyak pembelajaran yang bisa dipetik dari keteladanan para tokoh bangsa, ada semangat kaum muda di masa itu yang bersama berjuang untuk menuju Indonesia merdeka.
"Di sinilah, tokoh bangsa memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia, setelah melalui perjuangan panjang. Kita bisa melihat, sejarah masa lalu,'' ujarnya.
Dirinya terpukau dengan kehebatan pendiri bangsa, Bung Karno, Mohammad Hatta, Ahmad Subarjo, Sayuti Melik, BM Diah, juga banyak tokoh yang lain, termasuk wartawan yang turut mengetik naskah Proklamasi 17 Agustus 1945 dan tentu saja yang beritakan Indonesia merdeka.
Eko, menjelaskan kunjungan dilakukan sebagai rangkaian untuk menghormati sejarah kebangsaan dan keteladanan tokoh bangsa dengan taat Pancasila dan UUD 1945, serta berkomitmen penegakkan Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI.
Semangat inilah kiranya harus menyatu dalam jiwa tiap pemimpin, agar tidak ada lagi 'peng-glibengan' asal usul sejarah pemimpin tersebut. ''Teladani para pendiri bangsa, yang berjuang hanya demi bangsa dan negara,'' katanya.
Tidak boleh ada rekayasa, kehendak, yang merusak perjuangan mencapai cita cita para pendiri bangsa. Itulah pentingnya sejarah bagi generasi penerus bangsa.
"Tiap pemimpin dan masyarakat harus menghormati Pancasila dan UUD NKRI 1945 agar jadi pedoman berbangsa dan bernegara.Tidak boleh kepentingan sesaat, kepentingan pribadi, kepentingan golongan, diatas kepentingan negara bangsa,'' ujarnya.
''Jangan rusak kepentingan perjuangan mencapai cita-cita pendiri bangsa. Kita jaga Indonesia kita dengan penuh semangat seperti Bung Karno, Bung Hatta dan para pendiri bangsa Indonesia," ujarnya.
Kepala Unit Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Harry Trisatya Wahyu mengatakan, dari rumah Laksamana Takasi Maeda, Kepala Penghubung Angkatan Darat dan Angkatan Laut Jepang inilah cita-cita bersama untuk Merdeka dapat terwujud.
Harry menjelaskan, dari proses beberapa jam yang dilakukan tokoh-tokoh pemuda dirumuskan naskah proklamasi yang kemudian dibacakan Proklamator Ir. Soekarno dan Moh Hatta.
"Karena disinilah cikal bakal bangsa Indonesia lahir. Tanpa ada perumusan apa yang diproklamasikan, tentunyakan tidak ada kemerdekaan, dan dari kemerdekaan inilah menjadi sekarang ini," kata Harry. (Tio)