Sleman, Kabar Jogja – Guru Besar Sekolah Tinggi Filsafat Drikarya, Franz Magnis Suseno mengingatkan kehadiran politik identitas yang dimunculkan para politisi menjelang Pemilu sangat berbahaya. Politik identitas harus dihalau dan dilawan semua pihak.
Hal ini disampaikan Frans Magnis di diskusi yang digelar Garda Institute ‘Ancaman politik Identitas dan Indonesia Masa Depan’, pada Kamis (22/6) petang di kompleks percetakan Kanisius, Sleman.
“Politik identitas masih akan menjadi ancaman Pemilu maupun Pilkada tahun depan. Ini perlu mendapat perhatian serius dari seluruh stakeholder terkait kepemiluan,” katanya dalam rilis, Jumat (23/6).
Kondisi Indonesia saat ini, menurutnya berhasil karena bangsa ini masih memegang pandangan bijak para pendiri bangsa yang dituangkan dalam sila dan butir-butir Pancasila. Dimana masyarakat sadar mereka tidak bisa tentang identitas melainkan kepentingan bersama.
“Jika bangsa ini tidak memegang teguh Pancasila. Maka sejarah Indonesia akan berakhir dengan perpecahan seperti halnya yang terjadi pada Uni Soviet. Di krisi moneter 1997-1999, banyak orang kuatir Indonesia hancur, namun sampai sekarang Indonesia tetap tegak,” jelasnya.
Franz Magnis mengatakan berdasarkan pengalaman pada Pemilu-pemilu sebelumnya yang sempat diwarnai kampanye politik identitas. Masyarakat sebetulnya tidak mempersoalkan siapa kelak yang terpilih. Tetapi para politisi memainkan emosi politik identitas radikalisme agama. Ini yang harus dihalau bersama-sama.
“Para penyelenggara pemilu kita tuntut berkomitmen melaksanakannya dengan baik agar demokrasi tetap hidup dan semakin berkualitas. Sekaligus bisa melahirkan pemerintahan yang memiliki legitimasi yang kuat,” ujarnya.
Pembicara yang lain, Rektor Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY), G. Sri Nurhartanto, mengungkapkan perlawanan terhadap kehadiran politik identitas menjelang Pemilu terus dilakukan oleh sejumlah kalangan.
“Salah satunya melalui forum diskusi ini. Sehingga perlawanan pada politik identitas yang mengarah memecah kesatuan dan persatuan indonesia yang berdasar keberagaman agama suku dan ras bisa terus digaungkan,” ucapnya.
Dirinya meminta, pelaksanaan Pemilu tahun depan haruslah didorong oleh semua pemegang kepentingan menjadi kontestasi yang penuh dengan adu gagasan.
Kontestasi pertarungan dalam debat tersebut bertujuan untuk memuliakan kehidupan bersama.bukan hanya egosentris sentimen terkait dengan kepercayaan. (Tio)