Bantul, Kabar Jogja - Puluhan tahun warga Dusun Wunut, Desa Sriharjo, Kecamatan Imogiri akan adanya jalan tembus ke Desa Mangunan, Dlingo terwujud tahun ini. Lewat Program Padat Karya Infrastruktur Bantuan Keuangan Khusus (BKK) 2023, jalan berupa cor blok membelah bukit menjadi akses penting perekonomian.
Berlangsung sejak 2 sampai 24 Juni, proyek pembangunan jalan cor blok ini mendapatkan biaya penuh dana APBD Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kabupaten Bantul 2023 yang dikoordinir Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Bantul.
Di dusun Wunut sendiri, proyek padat karya menargetkan pembangunan jalan cor blok sepanjang 1200 meter dari total aksen jalan sepanjang 1.400 meter dan melintasi dua wilayah RT 05 dan RT 06.
Sebagai dusun paling ujung di Desa Sriharjo, Dusun Wunut dapat dijangkau dengan menghabiskan jalan di pinggir Sungai Oya dari sisi utara. Dusun berpenghuni total 100-KK ini berada di bawah dan lereng terjang bukit Mangunan.
Selama ini akses jalan menuju pusat perekonomian di hanyalah jalan utama di sisi utara Sungai Oya atau bisa menggunakan sisi selatan sungai dengan menyeberangi jembatan gantung yang dulu roboh terhantam banjir besar 2017.
Mbah Sukir (76), warga RT 05 yang rumahnya berada paling tinggi tidak menyangka jalan setapak yang setahun sebelumnya dibuka secara swadaya langsung mendapatkan pendanaan untuk di cor blok.
“Saya dulu tinggal di pinggir sungai, usai banjir besar pindah ke sini karena rumah dirobohkan karena rawan longsor. Saat jalan setapak, setiap malam satu dua orang yang lewat. Mungkin nanti akan semakin ramai orang lewat karena jalannya bagus,” katanya pada akhir pekan lalu.
Baginya, keberadaan jalan cor blok yang dikerjakan secara swadaya oleh warga kedua RT ini seperti mimpi yang menurutnya bakal tidak akan terwujud. Kehadiran jalan cor blok ini seperti menjawab doanya dan tak hentinya dia bersyukur.
Ketua Kelompok penerima manfaat padat karya RT 06, Sihono bercerita bagaimana sulitnya warga yang berkeinginan pergi ke Dusun Kanigoro, Mangunan saat melintasi jalan setapak yang terjal naik bukit.
“Setahun kemarin jalan ini dibuka dengan bantuan dari TMMD dan proposal yang kami ajukan langsung mendapatkan persetujuan. Seluruh pengorbanan warga tidak sia-sia,” jelasnya, Sabtu (24/6).
Menurutnya, tidak hanya dari segi tenaga saja pengorbanan yang dilakukan warganya. Bahkan ada warga yang rela menghibahkan belasan meter tanahnya untuk dijadikan jalan yang dicor blok selebar dua meter.
Dari bawah, jalan menuju atas berkelok tajam dan menanjak. Wajar saja, jika bukan warga Wunut yang berani melintas. Terdapat dua tikungan ‘Hidung Petruk’ yang menikung tajam dan terjal.
Sihono bercerita, karena sulitnya medan jalan. Seluruh material berupa pasir, batu split (Krakal) dan semen harus diangkut menggunakan sepeda motor. Pasir dan batu split sebelumnya harus diwadahi dalam karung-karung kecil untuk mempermudah pengangkutan.
“Dari sekian proyek padat karya yang dijadwalkan serentak dikerjakan 2 Juni. Kami sudah mulai dulu seminggu sebelumnya. Warga siang dan malam saling membantu mengangkut material ke atas,” katanya.
Bahkan selama tiga minggu pengerjaan proyek, setiap malam warga tetap mengangkut material agar proyek bisa tetap dikerjakan besoknya.
Bagi Sihono dan warga lainnya, pengorbanan yang dilakukan sekarang ini tidak lain adalah untuk mempermudah akses transportasi bagi anak cucu di masa depan. Selain mempermudah akses perekonomian dan pertanian, beberapa titik di bukit Wunut menyimpan mutiara yang indah untuk dikembangkan sebagai objek wisata.
Dari atas, kita bisa melihat jembatan gantung yang membentang di atas Sungai Oya. Bahkan ketika melihat ke hulu, kelokan Sungai Oya yang bersumber dari Gunungkidul terlihat seperti tubuh ular yang besar.
“Warga dua RT sepakat untuk sisa jalan yang belum tersentuh program padat karya akan diselesaikan secara swadaya. Kami mengucapkan terima kasih karena pemerintah telah mewujudkan mimpi kami,” ucapnya.
Kepala Desa Sriharjo, Titik Istiyawatun Khasanah tidak menyangka semangat warga Wunut begitu besar dalam mewujudkan jalan yang diimpikan. Kerja keras siang malam warga, baginya sudah terbayar lunas.
“Sekarang tinggal bagaimana kedepan bisa memanfaatkan potensi ekonomi yang tersembunyi. Pariwisata mungkin menjadi pilihan utama karena bukit Wunut memiliki pemandangan yang indah,” jelasnya.
Kepala Disnakertrans Bantul, Istirul Widilastuti sebelumnya menerangkan anggaran Program Padat Karya Infrastruktur BKK 2023 berasal dari pemerintah. Setiap titik mendapatkan alokasi anggaran sebesar Rp200 juta.
“Terdapat kepada 117 kelompok masyarakat penerima program di 17 Kecamatan. Program ini bertujuan mewujudkan pembangunan infrastruktur desa secara swakelola untuk meningkatkan akses serta pendapatan masyarakat,” jelasnya.
Di setiap titik yang sudah ditetapkan, terdapat sebanyak 52 tenaga kerja yang semuanya merupakan warga sekitar yang masuk dalam kriteria yang masuk dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) Bantul.
Keberadaan proyek selama 24 hari ini menurut Istirul telah menyerap total tenaga sebanyak 6.000 orang. (Tio)