Yogyakarta, Kabar Jogja – Panitia peringatan Hadeging Kadipaten Pakualaman ke-211 mengumumkan enam lagu-lagu berbahasa Jawa terbaik dalam kompetisi ‘Lomba Cipta Lelagon Bocah’, Jumat (16/6).
Digelar mulai 1 Mei, terkumpul sebanyak 27 karya lagu anak-anak berbahasa Jawa dan puncaknya pada Jumat dewan juri memilih enam lagu dari sepuluh lagu yang sebelumnya dinominasikan.
Koordinator Lomba Cipta Lelagon Bocah, Hayu Avang, menjelaskan lomba Cipta Lelagon Bocah menjadi rangkaian peringatan Hadeging Kadipaten Pakualaman ke-211. Ajang ini diselenggarakan untuk pengejawantahan makna dari cipta rasa karsa dalam mengisi kebudayaan.
“Ini adalah lomba kedua, setelah gelaran pertama tahun lalu. Tema yang diangkat tahun ini ‘Wruh ing Budi Ngluhuraken Sujanma’. Artinya kita sebagai umat manusia memiliki kewajiban memayu hayuning bawana memayu hayuning sujanma atau menciptakan manusia yang unggul berbudaya untuk kebaikan dunia,” jelas Hayu di Pura Kadipaten Pakualaman.
Dalam rilisnya, juara satu diraih Aji Santoso Nugraha dari Sleman berjudul ‘Bebuden’. Kemudian karya Hapsari Satya Lestari warga Kota Yogyakarta berjudul ‘Unggah-Ungguh’ meraih juara kedua. Juara ketiga adalah lagu dengan judul ‘Nyabrang Dalan’ karya Sigit Purnomo dari Bantul.
Hayu juga mengatakan dewan juri yang terdiri dari Tri Suhatmini, YAL Vishnu Satyagraha, Dewi Nurhasanah dan Hendra Aprianto menetapkan tiga lagu lainnya menjadi juara harapan dan empat lagi menjadi lagu favorit.
Hayu mengatakan dengan tema yang telah ditetapkan, lagu anak-anak yang dilombakan haruslah yang mengandung nilai budi pekerti luhur yang bertujuan mempersiapkan generasi penerus yang berkarakter dan berbudaya.
“Kita juga ingin memberikan wadah untuk seniman, praktisi, akademisi, dan masyarakat luas dalam berkarya khususnya di bidang lelagon bocah. Kami berharap dari ajang ini mampu meningkatkan produk budaya berupa lagu anak berbahasa Jawa yang sarat dengan nilai-nilai kebaikan,” ucapnya.
Salah satu dewan juri, Dewi Nurhasanah menyebut kehadiran lagu pemenang akan semakin menambah literasi di tengah minimnya karya cipta lagu anak-anak berbahasa Jawa yang semakin minim diproduksi.
”Dalam berproses kami bebaskan peserta untuk memilih genre yang dipilih namun wajib liriknya berbahasa Jawa. Kita ingin lagu-lagu ini nanti menjadi media edukasi yang lebih familiar,” jelasnya.
Kedepan, setelah lebih disempurnakan berdasarkan masukkan dari para dewan juri. Lagu-lagu yang seluruhnya memaparkan nilai-nilai tata krama dan etika ini akan disosialisasikan serta dikenalkan lebih luas khususnya melalui sekolah semua jenjang. (Tio)