Bantul, Kabar Jogja - Berkeinginan menjadi wadah yang lebih besar dan memperluas persaudaraan, para pengemar motor klasik Daerah Istimewa Yogyakarta mendeklarasikan Thunder Horse Motorclub Indonesia (THMC).
Berlangsung di Pantai Cangkring, Srandakan, Bantul pada Sabtu (27/5) sore, deklarasi diisi dengan fun race antar motor tua dengan landasan pacu pasir pantai.
Ketua pelaksana deklarasi, Mujiyanto mengatakan tujuan besar deklarasi THMC ini sebagai upaya memperkuat persaudaraan di antara pengemar motor klasik.
"Sebenarnya komunitas-komunitas pengemar motor klasik di Yogyakarta banyak, namun kehadirannya terpisah dari sisi wilayah maupun jenis sepeda motornya," jelasnya.
Digagas sejak 27 Februari lalu, Mujiyanto menjelaskan berbagai komunitas sepeda motor klasik telah dihubungi dan tercata hari ini akan bergabung 70 pemilik dalam THMC.
Menurutnya, secara umum perbedaan motor klasik dengan motor antik terletak pada asal pabrikan motor dibuat. Untuk sepeda motor keluaran Eropa, para pengemar mengelompokkan dalam kategori motor antik.
"Sedangkan untuk sepeda motor keluaran Jepang, khususnya diterbitkan sebelum 1970, semuanya masuk dalam jenis motor klasik," lanjutnya.
Wakil Ketua Penyelenggara, Edy Susanto mengatakan tidak hanya sebagai ajang silaturahmi. Deklarasi THMC juga Mejadi wadah untuk menjajal sepeda motor tua untuk adu kecepatan di landasan pasir Pantai Cangkring.
"Ini hanya have fun saja. Biar tidak monoton acaranya. Jalur balap yang kita siapkan kurang lebih 100 meter," katanya.
Edy menyebut untuk sepeda motor yang dibalapkan mulai dari kelas 50 CC hingga 350 CC.
Ia yang turun pertama kali menyebut, balapan di pasir lebih berat dibandingkan jalan biasa. Menurutnya, jika gas ditarik terlalu besar maka roda belakang akan tenggelam.
"Kuncinya, selama melaju di atas pasir tetap jaga keseimbangan agar tidak terperosok," lanjutnya. (Tio)