Yogyakarta, Kabar Jogja – Mempercepat dan meningkatkan keterjangkauan vaksin Covid-19, khusus Boster pada kelompok rentan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Daerah Istimewa Yogyakarta menyelenggarakan pemberian vaksinasi Inklusif, Sabtu (18/3).
Digelar sejak setahun lalu, pemberian vaksinasi pada kelompok rentan ini terwujud atas kerjasama dengan pemerintah Australia melalui Kemitraan Australia Indonesia untuk Ketahanan Kesehatan (AIHSP) dan Save the Children.
“Hari ini kami melakukan vaksinasi kepada kelompok lansia dan komunitas disabilitas dengan target total sebanyak 35 orang,” kata Proyek Manager Vaksinasi Inklusif Heri Agus Setianto di kantor PKBI DIY.
Heri menjelaskan selain untuk memastikan kelompok rentan dapat terlindungi dari Covid-19 melalui vaksin, program ini juga bertujuan untuk memberikan akses kesehatan yang inklusif.
Vaksinasi inklusif memastikan tersedianya fasilitas yang mendukung berbagai kebutuhan masyarakat termasuk mereka yang mengalami kesulitan dalam mengakses sarana, prasarana, dan informasi tentang layanan terkait, seperti lansia dan disabilitas.
Rendahnya capaian vaksinasi booster ini menurut Heri karena rendahnya aksesibilitas kelompok rentan khususnya komunitas Waria maupun pekerja seks komersial (PSK). Selama ini akses vaksinasi hanya terbuka dan dilayani di ruang-ruang publik kesehatan. Belum sampai mencapai pelosok.
“Kendala lainnya dari aspek administrasi. Dimana biasanya rekan-rekan di komunitas Waria dan PSK mengalami kesulitan dalam kartu identitas. Karenanya kami mengajak Disdukcapil untuk melakukan pelacakan terhadap nomor induk kependudukan mereka, apakah masih aktif atau tidak?” jelasnya.
Direktur Eksekutif Daerah PKBI DIY Budhi Hermanto program Vaksinasi COVID-19 Inklusif secara rutin dilakukan Kulonprogo dan Gunungkidul dari Agustus 2022 sampai Maret 2023.
“Hingga hari ini, AIHSP bersama Save the Children dan PKBI DIY telah berhasil menjangkau 24.733 orang. Di antaranya terdapat 6.299 lansia, 1.294 penyandang disabilitas, serta kelompok masyarakat rentan lainnya,” terangnya.
Salah satu penyandang disabilitas tuna netra, Arif prasetyo menyebut banyak teman-temannya yang belum mendapatkan layanan vaksinasi karena keterbatasan aksesibilitas dan ketiadaan pendamping saat berada di ruang kesehatan publik.
“Mereka sering kali diminta untuk memfoto berkas sendiri. Inilah yang membuat mereka kapok dan tidak berminat vaksin lagi ketika mendapatkan informasi,” jelasnya.
Baginya vaksin COVID-19 itu penting agar teman-teman difabel yang termasuk kelompok rentan mendapatkan agar tetap sehat. (Tio)